Hai Gi, Bagaimana kabarmu?
Aku dengar kau baik-baik saja, menjadi karyawan teladan dan di angkat menjadi karyawan tetap dalam selisih satu tahun kamu bekerja. Aku ikut bahagia dengan berita itu, sangat ikut merasakan kebahagiaan atas pencapaian yang telah kamu dapatkan.
Aku yakin kamu akan bertanya darimana aku tahu semua itu? Entah apa yang mungkin akan memenuhi pikiranmu kala mengetahui soal ini. Teman-temanmu yang memberitahuku, ya Gino, Dedi, dan teman-teman sekolahmu yang lainnya. Aneh memang, setelah apa yang kita alami mereka masih menceritakan tentang kamu kepadaku. Mulai dari Hobby barumu, belajar bermain gitar juga beberapa moment yang kamu lalui setelah memutuskan menjauh dariku.
Selain cerita kegiatanmu, mereka menceritakan tentang kekasih barumu?
Ya, seseorang yang kini bersama denganmu. seseorang yang selalu ada untukmu, dan menghabiskan banyak waktu bersamamu. Ada rasa sakit ketika mendengar itu, sungguh sangat menyesakan. karena ternyata kamu telah menemukan kebahagiaan barumu sedangkan aku masih terbaring dengan luka yang menganga. Percayakah kamu, sampai saat ini aku masih berharap kamulah obat atas rasa sakit yang kamu timbulkan. aku tahu ini adalah sebuah ketidakmungkinan, juga mengetahui kamu telah dimilikinya cukup membuat sakit itu kembali menyeruak ke dasar hatiku.
Gi, Kita pernah menjadi orang yang cukup dekat, namun kini kita berjalan di jalan masing-masing. aku dengan kesibukanku menjadi seorang penulis dan kamu dengan kesibukanmu lainnya. Untuk bertemu atau bahkan bersapapun sulit rasanya, bahkan mencoba menyapamu di dunia mayapun aku tak berani. rasanya memendam semuanya dan mendoakan terbaik untukmu jauh lebih baik dari pada mengatakannya langsung padamu.
Aku berulang kali berusaha mengklik tombol Enter untuk mengirim pesan ini kepadamu, namun beberapa kali aku mengurungkan niatku. rasanya aku tak perlu lagi berurusan denganmu, aku tak ingin mengganggumu dengan pesanku ini. Namun nyatanya pikiranku terus berputar memikirkanmu, hingga akhirnya aku memberanikan diri mengirimimu pesan ini. Aku tak bermaksud membuatmu bertanya-tanya, hanya rasanya apa yang dahulu kita jalani tanpa sebuah kata berakhir maka izinkan aku dengan pesan ini menyampaikan beberapa kata yang mungkin sempat membuat kita menerka-nerka hingga membuat kesinmpulan sendiri.
Aku ingin mengatakan satu hal, dahulu kamu pernah menerka-nerka tentang perasaanku bukan? dan akhirnya membuat kesimpulan sendiri bahwa aku tak mencintaimu, bahwa aku tak memiliki perasaan sepertimu. hingga akhirnya kau memutuskan pergi dari hidupku, itu semua adalah kesalahan. karena aku jatuh cinta bahkan ketika pertama kali bertemu denganmu, dan berada di titik mengenalmu adalah sebuah kebahagiaan untukku.
Gi, aku tak bermaksud mengulang cerita kita, aku tak ada niat membuatmu menngenang masalalu. namun bagiku mengenalmu adalah sebuah kebahagiaan, karena dengan mengenalmu aku mengerti banyak hal. mulai dari rasa kagum yang diam-diam hingga rasa sakit yang ditimbulkan saat di tinggalkanmu pergi. apalagi yang harus aku utarakan disini, sepertinya semua sudah mewakili kekeliruan kita selama satu setengah tahun terakhir ini. Jika harus jujur, aku memang masih beberapa kali merindukanmu. Jika kamu bertanya mengapa? aku tak tahu. tak ada jawaban dan alasan pasti mengapa.
Semoga kamu bahagia ya bersama dia, semoga dia menjadi pelabuhan terakhirmu. Aku yakin, jika kamu dapat menemukan kebahagiaan baru maka akupun akan menemukannya. aku tahu ini tidak mudah, jujur saja setelah kepergianmu aku menutup hatiku dari semua jenis lelaki. setelah ini aku mencoba membukanya, karena "kebahagiaan itu kita yang buat bukan" ah kamu pernah mengatakan itu ketika aku tengah putus asa dahulu.
Gi.
Sudahlah, aku sungguh tak ingin membuatmu menjadi mengenang masalalu. biarkanlah masalalu menjadi pengalaman agar kita menjadi lebih baik lagi kedepannya. Terimakasih untuk semua rasa yang hadir dan bersemayam di dalam hatiku cukup lama.
Selamat pagi, selamat beraktifitas.
0 komentar:
Post a Comment