Mungkin saat itu aku tak pernah merasakan sesuatu terjadi padaku dengan setiap perlakuan mu yang terkadang manis kepadaku. Kamu adalah orang yang selalu menggangguku, membuatku jengkel degan tingkah-tingkah konyolmu. Kau seolah memberi tahu dunia jika kau mencintaiku, maka dengan kekonyolanmu kau lakukan banyak hal hanya untuk mencuri perhatianku. Namun aku mungkin terlalu risih dengan semua perlakuan mu itu hingga aku selalu mengacuhkanmu.
Aku tak pernah menghargai sedikitpun usahamu untuk meluluhkan ku, Aku selalu bersikeras bahwa apa yang kau lakukan tak akan pernah membuatku merubah perasaan ku. dan aku berkeyakinan bahwa aku tak akan pernah merasakan perasaan yang sama, seperti yang kau rasakan.
Hingga akhirnya kaupun memutuskan untuk menyerah dengan perasaanmu. Kau menyerah dengan ketidakberdayaanmu membuatku memiliki perasaan yang sama. Bodohnya aku yang mendengar pengakuanmu hanya tersenyum dan meyakini bahwa semua akan baik-baik saja. aku bahkan menilaimu payah karena telah menyerah dengan perasaanmu.
Namun beberapa hari setelah keputusanmu, hidupku mulai terasa sepi. Tak ada lagi tingkah konyolmu di hari-hariku. Tak ada tawamu yang mengisi hariku, ataupun sikapmu yang sering membuatku jengkel. Sungguh aku mulai kehilangan semuanya, aku mulai kehilangan sosok dirimu dalam hidupku. walau aku sendiri masih belum yakin dengan apa yang aku rasakan.
Belum selesai keterpurukanku aku menemui fakta lain bahwa kini kau telah bersamanya. Dan kau bersamanya setelah beberapa hari kau menyerah padaku. kau tahu rasanya aku hancur, aku tak ingin lagi menemuimu, bahkan untuk melihat wajahmu rasanya aku tak sanggup. Aku bahkan sempat berpikir untuk benar-benar menutup semua komunikasi dengan mu. Aku kira aku tak akan mengalami hal seperti ini. Aku mulai merasa kehilangan sosok terpenting dihidupku setelah kau bersama dia.
Aku merasa menjadi wanita bodoh yang merasa bahwa kau akan kembali padaku karena kau mencintaiku. Namun nyatanya sekarang kau telah bahagia dengan keputusanmu juga bersama dia. Lantas aku merasa semakin menyesali keputusanmu juga perasaanku yang kini semakin tak jelas setelah kehilanganmu.
Haruskah aku membencimu karena kau telah bersama dia, atau haruskah aku yang membenci diriku sendiri karena menyadari aku merasa kehilanganmu. Aku benci berada disituasi seperti ini. saat melihat kebersamaan kamu dengannya sungguh sakit yang aku rasa, Aku tak bisa mengontrol emosiku. dan aku akui aku kalah dengan perasaanku sendiri yang seolah masih menginginkanmu berada disini.
Semakin aku bertanya maka semakin rumit setiap jawaban yang juga aku cari. Aku mulai menyadari satu hal kau tak benar-benar mencintaiku, lantas mengapa aku harus merasakan sakit ketika kehilanganmu. Kenapa kau biarkan aku nyaman dengan semua hal konyol yang kau lakukan untuk menarik perhatianku. jika pada akhirnya yang kau lakuakn hanya sebuah permainan.
Haruskah ku namainya penyesalan, karena aku menyesal sempat percaya dengan ucapan bodoh yang keluar dari mulutmu. namun tak bisa aku pungkiri aku masih ingin kita seperti dulu walau itu sangat tidak mungkin..
0 komentar:
Post a Comment