Thursday, November 01, 2018

Inilah Kisah Sedihku


Malam ini aku mengumpulkan banyak kekuatan untuk dapat berdiri disini. di sebuah aula dengan dekorasi bernuansa putih dimana-mana, juga dengan beberapa tambahan bunga mawar merah segar yang menambah romantis tempat ini, persis seperti impian yang pernah aku dan kamu utarakan dahulu. kau tampak tampan seperti biasanya, juga dengan setelan jas hitam yang kau pakai menambah gagah dirimu malam ini. kau tersenyum kearah semua orang yang mulai berkerumun mendekati mu, sebagian orang mulai mengabadikan moment itu dengan ponsel dan lensa kamera mereka.

Sebuah senyum terukir tulus dari bibirku melihat moment itu, sungguh aku tak pernah berpikir aku akan berada di tempat ini. juga Mengalami sebuah kejadian yang menyita banyak pikiranku juga perasaan ku, namun nyatanya aku kini bisa tersenyum seperti biasanya. Kau tersenyum lalu berjalan beriringan menuju kursi pelaminan. Sesekali kau menyentuh pipi hanya untuk sekedar mencuri perhatian orang-orang yang mengabadikan moment malam ini. tampak beberapa sorakan menyertai kejadian itu. Semua orang yang berada di tempat ini merasakan sebuah euforia kebahagiaan atas keberhasilan mu memberi kepastian ya sebuah pernikahan,. Namun bukan dengan aku kau menikah melainkan dengan Delia, teman dekatmu di Sydney yang sering kau ceritakan dulu.

Mataku mulai berkaca-kaca walau sebuah senyum terus terukir dari bibirku, Aku tahu betul bagaimana perjalan kamu dan Delia bisa sampai disini. Kamu mungkin menyadari bahwa hubungan aku dan kamu yang telah berlangsung 7 tahun harus kandas di tengah jalan, Aku tak pernah mau menyalahkan Delia yang hadir dalam kisah kita. karena mungkin seharusnya seperti itu, kamu dan dia yang ternyata memiliki banyak waktu bersama  ketika di sydney hingga kau merasakan sebuah kenyamanan dan mengakui perasaan mu setelah sekian lama mengelak kepadaku.

"Biar aku aja yang beli, Del" Ucapmu ketika akan membelikanku sebuah minuman.
"Del?" ucapku yang terkejut mendengar mu menyebut nama Delia, ini memang bukan kali pertama kamu salah menyebutkan namaku.
"Sorry, Ra." hanya kalimat itu yang keluar dari bibirmu kala itu.
"Ciee.. ko jadi makin sering salah manggil ya" ucapku yang diselingi tertawa di akhir kalimatku. 
Kamu terlihat kaget mendengar ucapanku kala itu, kamu mengelak dan selalu beralasan kamu dekat dengan Delia karena kamu dan dia sama-sama kuliah di sydney. "udah ah ko jadi bahas Delia terus."
"Ko kamu salah tingkah gitu sih." ucapku yang mulai menggodamu. aku sengaja menggodamu karena sejujurnya tanpa kamu sadari dua tahun terakhir ini hubungan kita memang banyak mengalami perubahan, juga sikap kamu yang tidak seperti biasanya setelah kamu sering menceritakan kedekatanmu dengan mahasiswi baru di kampusmu, Delia. mendengar ucapanku kamu hanya menggeleng dan berlalu pergi membelikan ku sebuah minuman.

"Wuihh keren ya. sang mantan hadir." ucap seseorang menyadarkan lamunanku. 
Aku menoleh kearah suara dan ku dapati Erlangga tengah berdiri di belakangku, ia tersenyum seolah tengah meledekku. aku memalingkan wajahku kembali kearah semula. Erlangga adalah teman baik mu, bukan. ia tahu betul cerita kita dari awal hingga seperti ini, menurutku wajar jika ia meledekku.
Ia kini berdiri tepat disampingku, menatap wajahku dari samping. "Ko diem-diem aja, di kira bakal nangis jerit-jerit gitu di depan pelaminan." tambahnya.
aku kembali menoleh ke arahnya, aku menarik napas lalu mengatakan "Buat apa aku nangis jerit-jerit, setiap hubungan pasti bakalan punya endingnya. mungkin emang endingnya hubungan aku harus kaya gini."

"Kamu ngga sakit gitu hubungan yang udah lama kamu jalin harus kandas dengan cara kaya gini?"
Aku kembali tersenyum lalu berkata "Awalnya sih aku patah hati, bohong banget kalo aku ngga nangis-nangis. bohong banget juga kalo aku ngga nyesel sama keputusan aku yang dukung dia buat kuliah disana dan akhirnya ketemu Delia. tapi akhirnya aku sadar sebuah hubungan memang ngga bisa selamanya berjalan dengan lancar. begitu juga dengan hubungan aku dan Fajar." Kini mataku kembali beralih ke arah mu dan Delia yang tengah berbahagia disana.

"Aku ngga bisa bayangin pas kamu dapet undangan nikahannya Mereka." Ucap Erlangga yang menundukan pandangannya.
"Aku udah tau ko kemana hubungan mereka akan berlanjut. jadi aku ngga sekaget itu" ucapku santai. mendengar ucapanku Erlangga menatap wajahku dari samping. "Karena Fajar punya mimpi setelah lulus S1 dia akan menikahi kekasihnya, lantas kembali melanjutkan beasiswa S2 nya di Belanda bersama istri masa depannya." lanjut ku yang sontak membuat Erlangga mengernyitkan dahinya.
"Aku yakin kamu terguncang banget, karena semua benar-benar terjadi seperti ini. tragis." ucapnya asal.

Aku menoleh ke arahnya lalu tertawa mendengar tanggapannya. Kau tahu aku terus berusaha tegar di depan Erlangga, berusaha kuat walau sebenarnya aku tak bisa sesantai ini. Aku tak bisa terus berpura-pura aku biasa saja, aku tak bisa terus berusaha seolah aku telah benar-benar merelakanmu. Andai saja kamu tahu sakit yang aku rasakan ini, juga tentang perasaanku padamu yang nyatanya selalu berusaha berontak, seolah memintaku untuk memperjuangkan hubungan kita. Aku tak ingin menyalahkan siapapun atas kejadian ini, mungkin salahku yang membiarkanmu nyaman dengan kebersamaan kalian, mungkin salahku juga yang selalu mengira hubungan kita akan baik-baik saja. Hingga aku tak pernah berpikir untuk terus selalu ada disaat kamu membutuhkanku. 

tetiba aku mengingat moment sakit ku, Malam itu kamu tiba-tiba mengajak ku untuk bertemu di taman yang biasa kita kunjungi. setelah kedatanganku kamu terus terdiam tak berkata sepatah katapun. aku yang terus menatapmu mulai merasa sesuatu tengah terjadi lantas ketika aku bertanya kamu tersenyum ke arahku.
"Ra, Maaf." 
Aku terdiam menunggu kalimat setelahnya yang kan kau ucapkan. Kamu menghela napas seakan sesuatu yang berat akan kamu ucapkan padaku malam itu, "Aku nyaman sama Delia. dan aku sadar perasaan ini bukan hanya sekedar nyaman" tambahmu yang sedikit berucap dengan penuh hati-hati.

Kalimat itu sukses menancap tepat di hatiku, sakit rasanya. aku terdiam lemas mendengar ucapanmu kala itu. aku bahkan tak kuasa menatap matamu, apa yang selalu aku takutkan terjadi kamu mulai nyaman dengannya, juga kamu mulai menjadikan dia sesuatu yang penting untuk hidupmu. Hingga tanpa kamu sadari kamu telah memiliki ku lebih dulu. Aku terus terdiam tak bisa berkata apa-apa selain mataku yang masih berkaca-kaca berusaha menahan tangisku.
"kenapa ini harus terjadi?" tanya ku dalam hati

Kamu tiba-tiba memelukku berusaha menenangkanku. lalu berbisik di kupingku "Maafin aku Ra."
aku berusaha melepaskan pelukanmu dan berusaha tersenyum dengan bibir yang terbata-bata aku berkata "Kamu bisa bersama Delia. Hubungan kita biarkan cukup disini." kini air mataku mulai menetes aku tak lagi bisa menahannya.
Kamu terdiam terkejut mendengar apa yang barusan ku katakan. "Ngga Ra. gimana sama kamu? aku ngga bisa lepasin kamu!"
aku mulai memberanikan diri menatapmu dengan air mata yang terus berlinang, aku tersenyum seolah berkata aku baik-baik saja.  "kamu bisa jujur sama diri kamu sendiri,juga aku. itu artinya kamu bisa tanpa aku." ucapku yang terbata-bata sembari sesekali menggigit bibirku hanya untuk meredakan tangisku.

Kamu kembali memelukku seakan menenangkanku, juga tak percaya dengan apa yang telah aku katakan. "Maafin aku Ra." Ucapmu kembali. 
Kini aku menyambut pelukanmu yang mungkin menjadi sebuah pelukan terakhir untuk kita. 
"Untuk apa kita lanjutkan ini semua jika pada akhirnya, perasaan mu bukan lagi untukku." ucapku dalam pelukan mu kala itu.

Terdengar suara pembawa acara malam ini yang membuka sesi photo bersama dengan mempelai pria dan wanita di altar pelaminan. juga sesi bersalaman dengan kedua mempelai juga keluarganya. Aku berdiri dan bersiap menuju altar tiba-tiba Erlangga menghalangiku. aku terkejut dengan tingkahnya, ia menoleh ke belakang ke arah mu.
"Kenapa ?"
Kini giliran ia yang menatapku "kamu serius baik-baik aja Ra." Tanya Erlangga yang disusul dengan anggukan dariku.
"Aku temenin kamu kedepan ya. takut ntar kamu pingsan lagi." ucapnya asal yang di sambut dengan tawa olehku.

Setelah mengantri beberapa menit, sampailah aku didepanmu kini. kamu terkejut tidak percaya dengan kedatanganku, tiba-tiba kamu memelukku dan kamu kembali meminta maaf kepadaku. aku membiarkanmu memelukku, walau dalam hatiku aku berkeinginan untuk menyambut pelukanmu. namun tak ku lakukan, semua hanya agar aku terlihat kuat di depanmu. tak lama kamu melepaskan pelukanmu tanpa sadar mataku mulai berair, air mataku mulai jatuh. aku berusaha menghapusnya. namun semakin ku hapus semakin sakit yang aku rasa, hingga aku membiarkannya terus jatuh. aku kira aku bisa lewati ini. tolong dengarkan aku airmata bukankah kita sudah berjanji untuk tidak menangis ketika bertemu dia. untuk hatiku yang lemah, yang tengah terluka. aku benar-benar tak ingin menangis. namun nyatanya air mata terus mengalir setiap kali aku mengatakan untuk tidak menangis.

Kamu kembali memelukku, menenangkan tangisku, kini aku berusaha melepaskan pelukanmu dengan senyum di bibirku yang terlihat seakan di buat-buat memang. kini aku berdiri di depan Delia, Raut wajahnya memperlihatkan bahwa iapun tak percaya dengan kedatanganku. kamipun saling berpelukan, aku memintanya untuk terus menjagamu, menjadi istri yang baik untukmu. Delia terus berbisik meminta maaf selama aku memberinya pesan. ku lihat air mata membahasi pipinya yang berwarna merah merona karena balutan makeup. tanpa henti aku terus tersenyum.

Tak lama aku keluar dari ruangan itu, Erlangga kembali mencegahku.
"Aku tau kamu berpura-pura tegar." Ucapnya yang menatap mataku.
Aku memalingkan tatapanku darinya, ia kembali berkata "ini hanya sementara, kesedihan ini tidak akan berlangsung lama. jangan biarkan dirimu terus tenggelam dalam tangisanmu. the life must go on." Ucapnya yang seraya mengusap air mataku.
Tanpa sadar aku memeluknya mencari tempat ternyaman agar tangisku berhenti "Aku pikir aku bisa, aku udah janji sama diri aku buat ngga nangis, tapi nyatanya sulit."
Erlangga melepakan pelukanku perlahan ia menatapku lalu berkata "semua karena kamu mencintainya"

0 komentar:

Post a Comment

Ayo Cari tahu !!

Popular Posts

Blogroll

 
Dunia Diana Chandri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template