Thursday, December 06, 2018

Call Me Bae Bae


"Nayla." Teriak Merin saat dia bertemu denganku di kelas. Aku terkejut mendengar teriakannya, dia berlari ke arah ku dan duduk di depanku.
"Nay, Bentar lagi Pre-order tiket konser Wannaone mau di mulai, kamu jadi ikut ngga? Aku sih udah siap buat ikutan."
"Kamu udah izin mamah kamu?"
Merin mengangguk dengan Pasti. Aku menghela napas dan kemudian berkata "Bunda sama ayah pasti ngizinin tapi kak Melia" Aku mulai menunduk sedih.
"Kamu bujuk aja Kak Melianya, semoga dia ngasih kamu izin."
"Gimana caranya, mana bisa aku bujuk ka Melia" Ucapku yang masih menunduk.

Tiba-tiba Ponsel Merin berdering. secara tidak langsung kami berbarengan menatap ponselnya, dan aku terkejut ketika telepon masuk itu diberinama  kontak yang tidak asing denganku, Minhyun oppa. Merin mengambil ponselnya dan menerima panggilan itu. aku masih menunjukkan wajah yang tidak percaya.
"Kenapa kamu?" Tanya Merin ketika dia selesai menutup teleponnya.
Aku masih menunjukkan wajah seolah tidak percaya. "Ya ampun, kontak Kakak kamu di kasih nama Minhyun"

Merin tertawa dengan ucapanku. Akupun mengeluarkan ponsel dan mencoba menelpon Merin. Handphonenya Merin kembali berbunyi, tiba-tiba senyum muncul dari wajah ku ketika aku melihat nama kontak ku di ponselnya adalah Jinyeongi yeoja chingu ( kekasih Jinyoung ).
"Kamu .. seneng banget Nay." Merek ledek
"Iyalah pastinya Rin, setidaknya ada seseorang yang percaya aku pacarnya Jinyoung." Ucapku.
Kami berduapun tertawa hingga waktu istirahat tak terasa segera berakhir.

***
"Ayah, Bunda Wanna One Juli ini mau ngadain konser lagi di Jakarta."
Ayah dan Bunda mulai menatapku, dan mulai mendengarkan apa yang akan kukatakan.
"Boleh ngga aku pergi ke konser itu?" Ucapku ragu.
Ayah memberikan ekspresi seolah bingung untuk menjawab pertanyaanku. Bunda menoleh kearah Ayah seolah memberi isyarat bahwa Bunda mempercayakan jawabannya kepada Ayah.

"Kapan?" Tanya ayah.
"Juli ini tanggal 15 Ayah."
Ayah terdiam seolah memikirkan keputusan terbaik untukku.
"Tiket mulai Pre-order hari senin ini Yah, Merin juga ikut pre-order."
"Ngapain nonton konser begituan." Ucap Kak Melia  yang tiba-tiba memotong ucapanku, aku menoleh ke arah Kak Melia dengan wajah yang tengah kebingungan.

"Udah udah ngga usah ngapain ngefans begituan. Memangnya ada manfaatnya buat masa depan kamu. Toh nanti kamu lulus masuk Trisakti. Bukan Kuliah ke luar negeri apalagi korea." Ucap Kak Melia ketus yang masih memainkan gadget.
Aku merasa terganggu dengan apa yang dikatakan oleh Kak Melia, Aku memang berbeda darinya yang sangat pintar dari kecil bahkan ia  yang mendapat gelar sarjana S1 di UI dan juga beasiswa S2 di Amerika. Akupun berdiri pergi menuju kamarku meninggalkan Ayah, Bunda juga Kak Melia.

Aku menutup dan mengunci pintu kamarku, aku berbaring di kasurku dengan air mata yang mulai mengalir di pipiku. Aku memeluk Gulingku dengan wajah tertutup. Ketika aku tengah menangis,  tiba-tiba aku merasakan seseorang mengelus rambutku seolah-olah mencoba menenangkanku, aku terkejut dengan sentuhan itu. Akupun mulai menoleh kearah asal sentuhan itu, sembari mengira-ngira bahwa aku lupa mengunci pintu hingga Bunda datang tak lama setelah aku berbaring. Sentuhan itu berhenti seolah tahu aku kan  menoleh. Setelah aku menoleh, Seseorang yang baru saja mengelus rambutku tersenyum padaku.

"Jinyoung ah ." Kata itu secara tidak sadar aku katakan ketika aku terkejut bahwa seseorang di depan ku adalah Bae Jinyoung. Dia tersenyum dengan senyum khasnya, ketika dia mendengar aku menyebut namanya. Aku mencubit pipiku untuk memastikan aku bermimpi atau mungkin ini kenyataan."Aww" Teriakku yang kesakitan juga menyadari bahwa ini bukan mimpi, aku masih menatapnya dengan tidak percaya.
Dia menatapku untuk memastikan aku baik-baik saja, karena ia melihatku yang tengah kesakitan. iapun berkata " Gwaenchana Yo ? (Tidak apa - apa)"
"Ne, Gwaenchana Yo  (Ya, tidak apa-apa)". Aku mengatakannya perlahan dengan wajah yang tidak berhenti tersenyum karena malu.
Jinyoung memelukku dan kemudian berkata " Geokjeong Hajimaseyo (Jangan Khawatir)"
Mendengar ucapannya itu, aku tiba-tiba merasakan kebahagiaan dan kenyamanan dalam pelukannya.

Tiba-tiba Bunda mengetuk pintu kamarku. "Dek, Kamu udah tidur? Boleh Bunda bicara sebentar?" Ucapnya dibalik pintu.
Aku terkejut mendengarnya, lalu melepaskan pelukan Jinyoung. Aku melihat Jinyoung terlihat kebingungan dan bertanya-tanya. Jinyoung berbalik menoleh kearah pintu kamar.
"Eotteohge ? (Bagaimana), " Ucapku, Aku mulai bingung bagaimana jika Bunda menemukan Jinyoung di kamarku. Aku menatapnya masih bertanya-tanya. "Jamkkanman-yo(Tunggu sebentar)"
Aku bergegas membuka pintu dan keluar untuk menemui Bunda.

"Bunda pikir kamu udah tidur, kita bicara di dalem kamar ya." Ucap Bunda yang melangkah menuju kamarku.
Aku secara spontan menutupi pintu kamar dengan tubuhku. Bunda mulai bertanya-tanya dengan apa yang aku lakukan. Bunda mulai mencurigaiku seolah aku tengah menyembunyikan sesuatu.
"Kenapa kamu Dek? Ada yang kamu sembunyikan?" Tanya Bunda yang mulai memaksaku untuk tidak menghalanginya. Bundapun berhasil masuk kedalam kamar, aku masih berdiri di luar dengan menutup mataku karena takut Bunda menemukan Jinyoung. mau tidak mau aku berpura-pura menguap seolah tengahh menahan kantuk.
"Bunda kita ngobrol besok aja ya, Aku udah ngantuk."
"Yaudah kalo gitu. Tidur yang nyenyak ya sayang." Ucap Bunda yang tak lama pergi meninggalkan kamarku.

Aku bergegas menutup pintu kamarku sembari menoleh ke semua sisi ruangan mencari Jinyoung.
"Jinyoung ah, Eodie Jinyoung ah? (Jinyoung dimana kamu?)" Kataku pelan ketika mencarinya.  Namun tidak ada tanda-tanda kehadiran Jinyoung di sana, akupun memutuskan untuk tidur. sembari bergumam "Barusan itu nyata apa mimpi? apa mungkin aku nangis terus ketiduran"

***

"Nay, Kamu keliatannya lagi seneng banget. Dapet izin dari Ayah sama Bunda kamu ya?" Tanya Merin yang kembali menemuiku selepas pelajaran terakhir.
"More than this"
"Aku tahu, kamu di kasih izin Kak Melia kan.  Trus Kak Melia, kasih kamu tiketnya dengan gratis."
"Aku belum mendapat izin dari mereka tapi setidaknya aku bisa ketemu Jinyoung."
Mendengarkan Ucapanku Merin tertawa. "Oh, jadi kamu mimpiin Jinyoung gitu."
"Tapi itu bukan mimpi, Rin, karena aku benar-benar merasakan semua nyata. Jinyoung datang pas aku menangis, dia memeluk aku dan bilang jangan khawatir."
Merin terdiam sesaat lalu tertawa. "Well Nayla, Ini jelas mimpi, Impossible Jinyoung  datang ke kamu."
Aku tidak menggubris ucapan Merin dan terus berpikir apakah memang aku hanya tengah  bermimpi. tiba-tiba Merin menepuk bahuku, "Aku pulang duluan, Mimpi yang sangat indah Nay." Ucapnya  yang tertawa, tak lama ia beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan kelas.

Aku menghela nafas, dengan suasana hati yang berantakan. Rasanya aku tidak dapat berpikir jernih dengan apa yang ku alami. Kelaspun mulai terasa tenang karena beberapa murid mulai bergegas pulang. Aku memutuskan untuk menikmati waktu sendiri di kelas sebelum pulang ke rumah. aku melipat tangan ku di atas meja dan membiarkan kepalaku bersandar di atasnya. ruang kelas semakin sepi tanpa ada murid yang berjalan di koridor kelas. Aku menghela nafas dan memejamkan mata sejenak sebelum tiba-tiba aku terkejut karena sesuatu.

Sebuah tangan menepuk pundakku, aku terbangun dan menyadari di sampingku Jinyoung. Dia tersenyum lagi kearahku, Aku kembali mencubit pipiku untuk memastikan aku bermimpi atau tidak, dan aku merasakan kembali sakit.
Jinyoung yang melihat tingkahku tertawa dan berkata "Dangsineun jeongmal gwiyeobda (Kamu sangat lucu)" lalu dia memelukku.
Aku hanya diam tanpa berhenti tersenyum dengan apa yang Jinyoung lakukan. Sesaat Jinyoungpun melepaskan lengannya dan tersenyum lagi. 

"Konseoteueseo busangeul ibeossdago deuleosseo gwaenchanh ni ? (aku  mendengar kamu terluka di konser apa kamu baik-baik saja?)"
"Geokjeong Hajimaseyo (Jangan Khawatir)" Ucapnya sembari tersenyum, Dia menatapku dengan tangannya memegang tanganku juga.
"Neomu jal saeng-gyeosseo (Kamu sangat tampan)" Ucapku dengan polosnya ketika tanpa sadar menatap Jinyoung tanpa berkedip.
Ia tersenyum malu khasnya, lalu kembali berkata "Neoon maeum-eul dahae naleul johahani? (apakah kamu menyukaiku sepenuh hatimu?)"
Kali ini aku hanya mengangguk kearahnya, "Ne (Iya)"

Tiba-tiba seseorang memanggil namaku dengan spontan aku lepaskan genggaman tanganku dari Jinyoung, akupun menoleh ke suara ternyata Guru Kelasku Pa  Aiman ​​yang barusaja memanggilku. iapun bertanya mengapa aku belum pulang. Aku pun menjawab pertanyaannya, ketika aku kembali  menoleh kearah Jinyoung. Jinyoung kembali menghilang.

***
"Dek, sini duduk dulu sini." Ucap Ayah ketika aku baru saja tiba di ruang keluarga sepulang sekolah. 
Ayah memintaku untuk menemuinya dan berbicara dengannya di ruang keluarga. Aku melangkah ke arah sofa tempat ayah duduk.
"Gimana Dek? Kamu masih mau nonton konser itu?" Tanya Ayah membuatku memandangnya dengan takjub.
Aku menggelengkan kepala. "Andai Kak Melia ngasih izin. atau Bunda dan Ayah yang kasih izin. Kak Melia pasti ngga komentar apapun. tapi aku ngga bakalan pergi tanpa izin Ayah ataupun Bunda."
"Kak Melia, minggu depan udah kembali ke Amerika." Ayah berkata seolah memberiku sinyal. "Jadi ini." Tambah ayah yang tiba-tiba menyodorkan amplop berwarna biru terang.

Tanpa berpikir panjang aku membuka amplop itu,aku terkejut mengetahui bahwa amplop itu berisi Tiket Konser yang Wanna one world tour di Jakarta. aku masih menganga dan menoleh kearah Ayah ataupun Bunda, aku tidak dapat mempercayai apa yang barusan aku lihat.
"Ayah ini?" 
Ayah mengangguk dengan pasti.
Aku langsung  memeluk Ayah karena bahagia. "Makasih Ayah"

Bunda yang datangpun tersenyum, seolah dengan sengaja membuat skenario kejutan ini untukku bersama Ayah.
"Biarkan Kak Melia tahu dengan sendirinya." Ucap Bunda yang kini duduk di sampingku.
"Bunda, terima kasih." Akupun memeluk Bunda
"Sekarang, pergilah ke kamar, mandi. dan istirahat"
Akupun berdiri masih dengan senyuman yang terus terukir di wajahku, spontan aku kembali memeluk Ayah dan Bunda sebelum pergi ke kamar.

***

"Nayila " Sapa Jinyoung yang mengejutkanku ketika aku sedang belajar di kamarku.
Saya hanya memandangnya sekilas dan kembali ke buku saya.
"Nayila Gwaenchana Yo .? ( Tidak apa-apa )" 
"Eotteohge na hante ileolsu isseo? ( Bagaimana kamu bisa melakukan ini padaku ) " kataku yang mulai mempertanyakan apakah ini mimpi atau kenyataan.
"Mianhae, jeongmal mianhe (Maaf aku benar-benar minta maaf)"

Aku menghela nafasku terlalu bingung hingga perasaanku seolah kacau, aku mulai menoleh kearahnya lalu kembali berkata kini dengan nada yang sedikit terbata-bata. " Dangsin-eun nugu Ibnikka? (Siapa kamu) "
" Jeon-neon Jinyeongie. Neoui ma-eum soge sanda. Neo naleul bol-suisseo (Aku jinyoung aku hidup dalam pikiranmu dan kamu bisa melihatku)" Ucapnya sedikit polos, dan itu sukses membuatku  semakin kebingungan. Jinyoung tersenyum lagi padaku dengan senyum yang aku tidak tahu apa artinya.

Jinyoung tiba-tiba memelukku, lalu berkata bahwa semuanya baik-baik saja dan aku tidak perlu bertanya padanya lagi. 
"Mannaseo bangapseummida (senang bertemu denganmu)" 
"Ne, Mannaseo bangapseummida  (ya, senang bertemu denganmu)" 
Jinyoung melepaskan pelukannya perlahan, dia tersenyum padaku dengan senyum khasnya.
"Gajima Yo( Jangan Pergi )"
" Naneun tteonaji anh-eulgeoya (aku tidak akan pergi)"

"Naegahaeya hal il-eul nohchindamyeon eotteohge doelkka? (Bagaimana jika aku merindukanmu apa yang harus aku lakukan."
"Naneun hangsang neoui ma-eum eissda. neoleul bol geosigi ttaemune, naleul chajeul pilyoga eobsda (Aku selalu di hatimu, kamu tidak perlu mencariku, karena aku yang akan datang menemuimu)."
Tiba-tiba aku kembali tersenyum, rasanya lega mendengar apa yang dikatakan Jinyoung, walau dalam pikiranku masih berputar banyak pertanyaan.
" Najung-e konseoteueseo mannayo (aku akan menemuimu di konser nanti)"

Mendengar kata-kata Jinyoung, aku mengerutkan kening seolah-olah itu tidak mungkin. Bukankah ia bilang ia adalah buah dari pikiranku.
"Yaksohkhae Yo (aku berjanji)Ucapnya sambil mengangkat jari kelingkingnya ke arahku.
Aku hanya tersenyum berharap semuanya nyata, Jinyoung memberi ku Aegyo andalannya, dia juga memberi aku Finger love dengan kedua tangannya.
"Jinyoung ah, Kiyowo (Jinyoung menggemaskan)" Aku tersenyum malu karena merasa dihibur olehnya. "Naneun haengboghada yoJinyoung ah, Saranghae (aku bahagia, Jinyoung aku mencintaimu)" Tambahku dengan memberi finger love dengan kedua tanganku.
Dia tersenyum padaku sembari berkata "Naega gajang johahaneun jeohwa, bae bae (Panggilan kesukaan aku Bae Bae)."

Aku mengucapkan dengan pelan "Bae Bae" dan entah bagaimana aku menutup mataku perlahan, ketika aku membuka mata, jinyoung menghilang dari hadapanku, dan menyisakan sebuah kebahagiaan.
***
Konser Wannaone berjalan dengan lancar walau sempat terhenti beberapa saat karena antusiasnya para penggemar. Aku termasuk penggemar yang beruntung, bagaimana tidak aku berada di garis depan VVIP. Sehingga aku dapat melihat jelas Baejinyoung dari dekat, Beberapa lagu telah ditampilkan tak lupa fanscanth di setiap lagu. Aku juga merin sangat menikmati konser, akupun melupakan bagimana beberapa minggu terakhir ini aku sering di datangi Jinyoung. Akupun melupakan sejenak bagaimana banyaknya pertanyaan yang hadir di dalam pikiranku.

Sebuah momen langka terjadi ketika beberapa member diminta mengatakan beberapa kalimat dalam bahasa Indonesia yang tentu saja membuat penggemar berteriak kegirangan.
"Pegang tangan aku, Liat aku aja." Ucap Hwang Minhyun yang memulai sorak-sorai penonton , Minhyunpun meminta jinyoung untuk melakukan hal yang sama. Jinyoung terlihat tersenyum malu untuk mengatakan para member lainpun meminta penonton untuk bersama-sama meminta Jinyoung untuk melakukan hal yang mirip dengan Minhyun.
"JINYOUNG !! JINYOUNG !! JINYOUNG !!" Teriak semua penonton juga beberapa anggota. begitupun dengan aku yang mungkin pertama kali mendengarkan Jinyoung berbahasa Indonesia.

Jinyoungpun tersenyum tenang seolah dia sedang bersiap untuk melakukan hal yang sama seperti Minhyun, ia tersenyum sesekali kami beradu tatapan, entah ia sadar atau tidak dengan hal itu. Dia mulai mengatakan "Lihat aku aja" Dia mengatakan itu di akhiri dengan aegyo di akhir kalimat juga dengan senyum malu khasnya. 
Setelah melakukan aegyo dan diapun merasa malu lalu ia meminta jihoon untuk melakukan hal yang sama dan kemudian dilanjutkan Gualin, sungwoon, dan Jaehwan terakhir melakukan hal seperti Minhyun dan Jinyoung. selama itu ia tidak berhenti tersenyum, aku merasakan kebahagiaan yang besar dengan harapan dia merasakan hal yang sama. sebelum lagu terakhir di awal dia berkata "Wannable Johahae, Saranghae (wannable Aku suka, aku cinta kalian)"

Entah dia sadar atau tidak ia berdiri tepat di depanku. aku berharap ia menoleh ke arahku dengan tangan yang sedikit gemetar, aku menunjuk finger love ke arahnya berharap dia menyadari dan melakukan hal yang sama terhadapku. dan mimpi ku menjadi nyata ketika dia tersenyum ke arah kameraku dan melengkapi Finger love dengan tangannya.
"Bae Bae. Nado Johahae neoleul saranghae (aku juga suka kamu, aku juga cinta kamu) " Teriakku dengan air mata yang membasahi pipiku begitu deras.

Jinyoung akan tetap dihatiku, ia tetap akan memiliki ruang sendiri disana. aku tak akan pernah mencari cara untuk menemukannya lagi. aku tak akan pernah mengkhawatirkannya karena kebahagiaanku setelah mengenalnya sudah lebih dari cukup. Biar aku saja yang menyimpan cerita ini sendiri. Tak peduli Jinyoung melakukan hal yang sama atau tidak.
"Gomawo. Milaee mannaja. (Terima kasih mari bertemu dimasa depan.)" ucapku pelan dengan mata yang masih menatapnya dari kejauhan.

0 komentar:

Post a Comment

Ayo Cari tahu !!

Popular Posts

Blogroll

 
Dunia Diana Chandri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template