Gaun putih yang menjulai panjang dengan aksen renda berwarna merah muda menghiasi tubuhku. Wajahku yang terpoles makeup natural namun tetap elegant membuatku terlihat tampil lebih cantik dan anggun dari biasanya. Aku mulai melangkah perlahan, menatap pasti pria yang tengah berdiri di depanku. Ia memakai Jas yang senada dengan gaunku, dan terlihat sangat tampan dari biasanya. Senyum terus terukir di bibirnya, menambah gagah dirinya di depan sana.
Orang-orang yang mulai menyadari kehadiranku, mulai memperhatikanku. Beberapa orang tengah mengambil gambarku, sebagian lagi tengah tidak percaya dengan perubahan penampilanku. Namun yang aku rasakan, seolah aku tengah memaksa senyuman itu hadir untukku. Aku seolah berpura-pura tersenyum menerima kenyataan walau sebenarnya hatiku belum sepenuhnya menerima. Satu hal yang membuatku sesak ketika aku menemukan sosokmu di barisan tamu undangan. Kamu mengenakan Batik kebanggaanmu, Batik yang aku berikan untukmu selepas masa pengabdianku di Solo.
Ini adalah hari pernikahanku dengan seseorang yang bukan kamu. Seseorang yang mengulurkan tangannya untuk ku agar aku terlepas dari sebuah ketidakpastian. Ia memberiku sebuah kepastian yang nyata dan bukan hanya bualan semata. Seseorang yang secara tidak langsung akan menggantikanmu, Ia menawarkanku kebahagiaan yang nyata bukan sebuah kebahagiaan semu belaka. Dia memang bukan kamu, dia jauh berbeda denganmu, Dia tahu bagaimana cara memuliakan ku bagaimana cara memberiku kepastian. Bukankah bagi wanita kepastian itu diatas segalanya? Dan ia memberikan itu, memberikan apa yang tidak pernah aku temukan padamu.
Tidak ada yang perlu aku sesali harusnya dengan keputusan ku ini, karena bukankah aku benci dengan ketidakpastian namun mengapa ketika kamu memberikan aku sebuah ketidakpastian aku menikmatinya, memeluk semua rasa ketidakpastian itu. Semakin lama aku memeluk bukankah semakin menyesakkan. Bukankah yang tidak pasti lama-lama akan menjadi pasti, iya pasti dan tidak. Aku lelah jika harus bertahan didalam sebuah ketidakpastian ini, aku baru menyadarinya bahwa aku tak akan pernah menemukan sebuah kepastian bersamamu. maka dititik inilah aku kembali bersyukur karena Tuhan tengah mengirimkan seseorang lain untukku, seseorang yang memberiku kepastian itu.
Tidak ada yang perlu aku sesali harusnya dengan keputusan ku ini, karena bukankah aku benci dengan ketidakpastian namun mengapa ketika kamu memberikan aku sebuah ketidakpastian aku menikmatinya, memeluk semua rasa ketidakpastian itu. Semakin lama aku memeluk bukankah semakin menyesakkan. Bukankah yang tidak pasti lama-lama akan menjadi pasti, iya pasti dan tidak. Aku lelah jika harus bertahan didalam sebuah ketidakpastian ini, aku baru menyadarinya bahwa aku tak akan pernah menemukan sebuah kepastian bersamamu. maka dititik inilah aku kembali bersyukur karena Tuhan tengah mengirimkan seseorang lain untukku, seseorang yang memberiku kepastian itu.
Ini memang bukan hal mudah untuk ku juga mungkin kamu sendiri. Bagaimana tidak? aku yang telah menjadikan kamu tujuan ku selama beberapa tahun terakhir ini harus mengganti haluan untuk dapat menyelamatkan diriku sendiri. Kapal ku yang tengah berlayar bertahun tahun terus mencari jalan agar aku dapat bersamamu, walau kamupun tak pernah memberiku rute terbaik menuju kesana, dan aku terus di paksa mengikuti arus air laut yang terkadang bisa menyesakkan. Aku terguncang terombang ambing, kapalku rusak dan tidak lagi dapat berlayar kearahmu. Hingga akhirnya aku dipaksa takdir untuk berhenti di dermaga baru pelabuhan baru yang tentu bukan kamu.
Aku terus berusaha menerima semua kenyataan ini, walau sesak, walau sakit aku harus bisa menerima semua ini. Andaikan saja kamu memberiku kepastian seperti yang ia berikan saat ini, ah aku masih saja berandai andai tentangmu. Bukankah aku tengah belajar melupakanmu juga tengah belajar iklas dengan takdir yang tengah Tuhan tunjukan untukku. Maafkan aku yang telah memilih tujuan baru. Jangan salahkan aku ketika akhirnya kapalku bertepi di dermaganya. Tuhan pasti punya cara terbaik bagi setiap umatnya begitupun dengan proses yang aku dan kamu harus lalui.
Tiba-tiba kamu menghilang dari kerumunan para tamu undangan, Entahlah kamu tiba-tiba menghilang dan pergi begitu saja. barangkali kamu terpukul dengan apa yang terjadi hari ini atau entahlah aku tak tahu. Aku hanya menemukan sebuah surat darimu yang kau tulis langsung di hari pernikahanku. salahsatu sahabatku memberikannya kepadaku, Aku membuka surat itu dan membacanya secara perlahan.
Selamat Berbahagia Mey.
Maafkan aku yang dahulu pernah membuatmu bertanya-tanya dan dilanda kesedihan atas ketidakpastian yang aku beri. aku berharap Dia dapat membahagiakanmu dan membawamu terus untuk tetap bahagia. Terimakasih pernah menjadi rute terbaik untukku, menjadi tujuanku walau kita sama-sama tahu kita akan terus berada di dalam ketidakpastian. Terimakasih untuk beberapa tahun terakhir ini telah menungguku, sungguh Maafkan aku yang telah membuatmu mengunggu tanpa sebuah kepastian. Teruslah tersenyum dan menjadi Meyli yang aku kenal.
Aku terus berusaha menerima semua kenyataan ini, walau sesak, walau sakit aku harus bisa menerima semua ini. Andaikan saja kamu memberiku kepastian seperti yang ia berikan saat ini, ah aku masih saja berandai andai tentangmu. Bukankah aku tengah belajar melupakanmu juga tengah belajar iklas dengan takdir yang tengah Tuhan tunjukan untukku. Maafkan aku yang telah memilih tujuan baru. Jangan salahkan aku ketika akhirnya kapalku bertepi di dermaganya. Tuhan pasti punya cara terbaik bagi setiap umatnya begitupun dengan proses yang aku dan kamu harus lalui.
Tiba-tiba kamu menghilang dari kerumunan para tamu undangan, Entahlah kamu tiba-tiba menghilang dan pergi begitu saja. barangkali kamu terpukul dengan apa yang terjadi hari ini atau entahlah aku tak tahu. Aku hanya menemukan sebuah surat darimu yang kau tulis langsung di hari pernikahanku. salahsatu sahabatku memberikannya kepadaku, Aku membuka surat itu dan membacanya secara perlahan.
Selamat Berbahagia Mey.
Maafkan aku yang dahulu pernah membuatmu bertanya-tanya dan dilanda kesedihan atas ketidakpastian yang aku beri. aku berharap Dia dapat membahagiakanmu dan membawamu terus untuk tetap bahagia. Terimakasih pernah menjadi rute terbaik untukku, menjadi tujuanku walau kita sama-sama tahu kita akan terus berada di dalam ketidakpastian. Terimakasih untuk beberapa tahun terakhir ini telah menungguku, sungguh Maafkan aku yang telah membuatmu mengunggu tanpa sebuah kepastian. Teruslah tersenyum dan menjadi Meyli yang aku kenal.
Gio
Setelah aku membaca pesanmu sakit yang aku rasa namun tak ada air mata yang jatuh disana itu cukup menyesakkan. Aku dan kamu tengah dididik Tuhan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan semua ini. semoga kaupun mendapatkan kebahagiaan yang sama sepertiku. Semoga setelah proses ini tak ada lagi hati yang sakit karena sebuah ketidakpastian. Mari kita serahkan semuanya kepada Tuhan sang Pengatur skenario hidup setiap manusia. Berbahagialah di Pelayaranmu hingga kau mendapat tujuan barumu sebuah dermaga baru, akupun akan berbahagia disini dengan dermaga baruku.





0 komentar:
Post a Comment