Monday, November 26, 2018

Aku Dan Ketidakpastian Yang Ku Miliki

Pernahkah kalian merasakan diri kalian bahagia atas apa yang telah terjadi pada diri kalian. Entah itu terjadi tiba-tiba atau memang telah di rencanakan dan terjadi.

Hari ini, tidak bukan hari ini tapi beberapa hari yang lalu aku di tuntut berpura-pura biasa saja walau sebenarnya aku merasakan sebuah kebahagiaan semu namun rasanya aku merasakan kebahagiaan yang tak biasa aku dapatkan. tanpa aku sadari untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan itu bukankah memang harus ada yang terluka, dan tanpa aku sadari aku berbahagia diatas ketidaktahuan orang lain tentang kebahagiaan yang aku miliki.

Aku memiliki  kebahagiaan yang sangat sederhana dan sementara. Aku tidak seharusnya mengatakan ini sebuah kebahagiaan karena aku sendiri tahu ini adalah sebuah kesalahan. Kesalahan ini seharusnya tak aku biarkan begitu saja, seharusnya aku buang jauh-jauh atau menghindarinya, agar aku tak merasa kehilangan jika ini semua berakhir. Atau aku sendiri seharusnya melindungi diriku  dari sebuah kesakitan yang tak akan pernah ada obat untuk penawarnya.

Aku memang bodoh karena seolah tak ingin melepaskan kebahagiaan ini, mungkinkah aku terlalu terbuai dengan nyaman untuk terus berada disampingnya. Atau karena nyatanya aku tak bisa jujur pada diriku sendiri bahwa kebahagiaan ini bukan lah sebuah kebahagiaan yang sesungguhnya. Bisakah aku menerima kenyataannya ?

Aku adalah manusia jahat. karena aku terus merasa bahwa aku dan dia akan terus seperti ini menikmati ketidakpatian ini, dan menunggu hingga waktunya kami tiba menjadi orang asing dan tak saling mengenal. Sehingga aku membiarkan semuanya mengalir begitu saja tanpa aku sadari akan semakin banyak orang yang tersakiti dengan keegoisanku ini.

Entah sampai kapan aku berada dalam keberpura-puraan ini, berpura-pura semuanya baik baik saja tanpa aku berpikir bagaimana cara menghapus dan menghilangkan perasaan nyaman berada dalam ketidakpastian ini. Bukankah wanita tidak menyukai ketidakpastian, lantas mengapa aku harus bertahan dalam ketidakpastian ini. Aku sungguh malu pada diriku sendiri karena membiarkannya larut dalam kebahagiaan semu ini, dalam ketidakpastian yang nyata ini.






Bandung, 26 November 2018
Bersama Awan Yang Menghalangi Cahaya Mentari

Monday, November 19, 2018

Menjadi Aku Yang Kau Pilih

Cahaya mentari pagi membangunkan ku kala itu, akupun bergegas mandi dan bersiap menuju kampusku. setelah semuanya siap aku berjalan menuju ruang tengah, betapa terkejutnya aku ketika ku dapati makanan telah siap terhidangkan di meja makan. Seorang pria berpostur lebih tinggi dariku juga dengan penampilannya yang masih menggunakan baju tidur itu tersenyum kearahku. Ya dia adalah pria yang kan bersamaku hingga nanti. Dia pria yang di jodohkan ibu denganku, ah aku harus menyebutnya suami. Ya dia suamiku, seseorang yang menikahiku dua hari yang lalu. dan ini adalah kehidupan kami.

"Selamat pagi, makan dulu dek." ia mulai berjalan kearahku setelah itu ia menggeserkan kursi untuk dapat ku duduki.
Aku duduk di bangku itu lalu memandangi satu persatu makan yang telah saji di depanku, "Ini makanan semua mas yang bikin?"
Ia mengangguk juga dengan senyuman yang tak pernah purnah dari bibirnya. "Hari ini mas ngga masuk kerja dek, masih cuti dan karena mas tahu kamu masuk kuliah hari ini jadi mas masakin beberapa makanan. mas belum tahu makanan favorit kamu jadi mas bikinin semua." ucapnya yang di iringi tawa di belakangnya.
Aku memberinya senyuman sembari berterimakasih kepadanya. 

Kami berdua menjalani rumah tangga seperti pasangan pada umumnya. Ia terus menyanjungku, memanjakanku, memberi beberapa perhatian kepadaku, namun sungguh belum membuatku bisa menerima dia sepenuhnya dalam kehidupanku. karena bagaimanapun kami menikah diatas tali perjodohan yang ibu dan keluarganya janjikan dahulu. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk kebahagiaan ibu, di usianya saaat ini.

☺☺☺

"Dek, setau Mas ini bukan materi yang baik deh. kamu bakalan bingung kalo ada pertanyaan seputar ini." Ucapnya setelah selesai membaca dan memastikan apa yang perlu ia bantu dari tugasku. Malam itu setelah makan malam aku kembali mengerjakan beberapa tugas kuliahku di kamar, tiba-tiba ia datang menawarkan bantuan untuk membantuku. maka dengan senang hati aku mengizinkannya.
aku terdiam lalu mulai berpikir mencari materi lain. "Tapi Mas Presentasinya besok. Aku perlu waktu yang lama untuk mencari materi baru." Ucapku yang seolah menyerah.
Dia tersenyum lalu kembali berucap "Mas bantu kamu Dek. Maaf ya dek kita harus bikin materi baru."
Aku hanya mengangguk mengiyakan, menyerahkan semua kepadanya.

Aku duduk disampingnya, sesekali mencuri pandangan untuk menatapnya dari samping, ya harus ku akui suamiku ini adalah pria yang pintar, bahkan ia sangat tampan. Aku yakin banyak wanita diluar sana yang mengidamkannya. Namun ia memilih untuk menikah dengan wanita yang baru ia kenal, wanita yang belum bisa mencintainya karena perjodohan. namun ia tetap menjadi suami yang terbaik, selalu ada ketika istrinya membutuhkan. Aku tersadar dari lamunanku ketika menyadari kini ia beralih menatapku, mata kami berdua bertemu. Ada segurat senyum yang terukir di bibirnya malam itu. akupun segera memalingkan wajahku dan berpura-pura membuka beberapa buku miliknya.
"Kamu bisa tatap mas sepuas kamu Dek, kapanpun kamu mau. Kamu ngga perlu curi-curi pandang kaya barusan" Ledeknya yang sembari menyelingi tawa diakhir ucapannya.
"Ih Gr banget sih Mas." Ucapku yang tak menoleh kearahnya.

☺☺☺

Aku tengah membuatkan masakan untuk makan malam kami, tiba-tiba pintu rumah diketuk dengan cukup keras. aku bergegas menuju ke depan pintu. setelah ku buka pintu kudapati ia berdiri dengan sangat lemas, wajahnya terlihat lemas. aku bergegas membantunya, memopongnya menuju ruang tengah.
"Mas kamu sakit. kita ke dokter ya?" Ucapku yang telah menidurkannya di sofa ruang tengah.
Dia tidak menjawab hanya terdiam tanpa berkata apapun. aku bergegas membantunya membersihkan tubuhnya dengan air hangat. suhu badannya sangat panas, keringat dingin keluar dari tubuhnya. sesekali ia menggigil kedinginan tak lama suhu badannya berubah menjadi panas.

Beberapa jam kemudian, aku kembali mengecek suhu tubuhnya, kini suhunya sudah kembali normal. aku menyadari mungkin ia sakit karena salahku,  mungkin ia bergadang hanya untuk mengerjakan tugasku kala itu.
☺☺☺

"Dek mas berangkat dulu ya, kamu hati-hati ke rumah kalo kamu kesepian nanti mas minta mamah buat temenin kamu." Ucapnya ketika kami berjalan beriringan di salahsatu terminal di Bandara Seokarno Hatta.
Aku tersenyum menanggapinya. Ia menggenggam tanganku lalu kembali berkata "kamu jaga kesehatan ya Dek. Nanti Mas kabarin kamu kalo Mas udah sampe" tak lama ia langsung memelukku, ia melanjutkannya mencium keningku.
Tak lama kami berbincang-bincang, perpisahan itupun terjadi. ia pergi melangkah meninggalkanku dan beberapa keluarga yang menemani kami, kala itu.

☺☺☺

"Bu, aku boleh minta tolong ngga?" Pintaku siang itu ketika ibu menemuiku di rumah kami.  Setelah kepergiannya ke Belanda, aku kembali melakukan rutinitas ku seperti biasa tidak ada yang berubah. Namun aku tidak menyadari semuanya ternyata aku mulai merasa ada sesuatu yang hilang dari kebiasaanku. Seperti pagi ku yang tanpa kecupan darinya ketika membangunkanku. Juga beberapa perhatian darinya yang kini mulai ku rindukan.

"Bantu apa dek?"
"Ibu bisa telponin Mas Fadhu pake nomer ibu." Bujukku yang merayu ibu dengan menyodorkan ponselnya.
Ibu terlihat bingung lalu berkata "kenapa kamu ngga telpon sendiri?"
"Aku malu bu, baru aja beberapa menit lalu selesai telponan sama mas fadhu." Ucapku yang menahan malu di depan ibu.
Ibu tersenyum lalu mengiyakan pintaku. Ibupun menelpon mas fadhu, yang sengaja di loadspeaker agar aku dapat mendengar percakapan mereka, juga suaranya.

"Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam ibu." Jawabnya dari sebrang sana. Tanpa aku sadar ada euforia sendiri ketika dapat mendengar suaranya, bahkan suara itu kini menjadi suara yang sangat aku rindukan setiap harinya.
"Bagaimana kabarnya kamu nak?" Tanya ibu.
"Alhamdulillah bu saya baik, ibu bagaimana kabarnya dengan yang lain?"
"Alhamdulillah baik banget ibu. Gimana di belanda lagi musim apa?"
"Alhamdulillah, disini lagi musim semi bu. Saya kepengen bawa kanza kesini nikmati musim semi disini. Dia pasti suka." Mendengar ucapannya itu membuatku tak bisa berhenti untuk tersenyum dan tersipu malu. "Kata Kanza ibu mau maen ke rumah?" Lanjutnya.
"Loh ini ibu udah ada di rumah kalian, ini lagi bareng kanza juga disamping ibu." Ucap ibu santai.Mendengar itu aku mengernyitkan wajah seolah tahu ibu akan meledek ku. "Ini ada yang kangen makanya suruh ibu telpon kamu."
"Ibu" sontak saja aku terkejut mendengar ucapan ibu, juga menahan malu ketika ia tertawa di sebrang telepon sana.
"Iya bu saya juga kangen dia, titip dia ya bu." Ucapnya yang entah mengapa membuat hatiku merasa lega.

☺☺☺

Tiga hari berlalu setelah kejadian ibu itu, aku kembali melakukan aktivitas sebagai mahasiswa semester akhir yang terus bersiap untuk menyelesaikan skripsi dan sidang.  Sore itu aku masih di kampus masih menyelesaikan beberapa materi tambahan dari dosen pembimbing juga karena kesibukan sore itu aku lupa untuk makan hingga akhirnya ketika tengah selesai bimbingan aku tidak sadarkan diri di perjalanan pulang di koridor kampus.

Ketika aku terbangun aku sudah berada di sebuah kamar yang di pastikan adalah sebuah kamar di salahsatu Rumah sakit. Aku melihat ada seseorang yang tengah menggenggam tanganku. aku tersenyum melihat ia ternyata datang menemuiku. tanganku bergerak perlahan untuk membelai rambutnya. namun belum sampai aku membelainya ia terbangun. ia bangun dari tidurnya lalu menoleh ke arahku.
"Kamu udah bangun, Dek?" tanya naya yang mulai duduk tegap dan membelai rambutku perlahan.
Aku hanya mengangguk tanpa banyak berkata.
"Kamu sekarang ngerasain apa Dek? apa yang sakit? mana?" tanyanya yang terlihat sangat khawatir.

Tak lama berselang seorang perawat yang diiringi langkah seorang Dokter dari belakangnya memasuki ruangan kami ia memeriksa kondisiku
Dokter itupun berkata "Ibu Kanza sore nanti kami akan melaksanakan Curettage. mohon untuk ibu berpuasa ya. nanti Perawat Rani akan membantu ibu untuk persiapan curettage."
aku terkejut mendengarnya lalu berkata "Curettage dok? apa mungkin?"
"Iya ibu. kebetulan ibu mengalami keguguran, janin yang ibu kandung berusia 4 minggu. ibu terlalu kelelahan sehingga janin ibu di dalam sangat lemah." papar dokter tersebut.
Mataku mulai berkaca-kaca mendengar apa yang barusan Dokter jelaskan, aku menatapnya yang terus menguatkan aku.

☺☺☺

"Mas, Boleh aku bertanya beberapa pertanyaan." Ucapku setelah ia duduk disampingku.
Ia hanya mengangguk menatap deretan kapal pesiar yang tengah memulai berlayar di depan kami. sore itu kami tengah menikmati nuansa sore di sebuah dermaga terbesar di benua Australia.
"Kenapa Mas, mau menerima perjodohan ini? dan kenapa Mas begitu memperlakukan aku dengan baik padahal aku tidak pernah setuju dengan perjodohan."
Ia menoleh kearahku menggenggam tanganku dan tersenyum kearahku. senyum yang menambah tampah wajahnya, "Karena Mas jatuh cinta sebelum mengenal kamu, Mas yakin pilihan Bunda selalu lah tepat. Dan kamu selalu ada di dalam setiap cerita Bunda tentang menantu impiannya." Ucapnya.

"Jadi sebelum ada perjodohan ini, apa mungkin Bunda sering cerita soal aku biar Mas jatuh cinta gitu?" Tanyaku yang masih penasaran.
Ia mengangguk lalu kembali tersenyum "Dari kamu kecil, Bunda memang suka sama kamu. Setiap Bunda pulang dari rumah kamu ia selalu cerita tentang kamu. Hingga Mas mulai tertarik dan mulai menyukai kamu dari cerita-cerita Bunda."
Aku tersenyum tak percaya dengan apa yang barusaja aku dengar. "Ketika, Mas tau kemaren aku Hamil, apa perasaan Mas" Ucapku yang mulai menyandarkan kepalaku di bahunya.

Dia terdiam beberapa menit tak lama lalu berkata "Mas, merasakan seperti tengah menjadi orang tua. memiliki seorang bayi dan kita menjadi tua."
"Lalu bagaimana rasanya?" Tanyaku
Kini ia menoleh kearahku dan kembali tersenyum "Menyenangkan."

Saturday, November 17, 2018

Cintaku Yang Tak Akan Berubah

Beberapa buku tersusun rapi di rak, suara cetak dari printer terdengar jelas, beberapa suara ketikan keyboard menambah ramai dalam ruangan yang berada di ujung koridor. beberapa orang tengah sibuk dengan rutinitas mereka begitupula dengan aku yang tengah mengerjakan sebuah laporan investasi hari ini. Aku adalah Rainna aku bekerja disalahsatu perusahaan dikota Surabaya.

"Na, Kamu coba cek deh kenapa laporannya bisa beda jauh sama laporan awal dari kamu." Tanya Elisa rekan kerjaku yang datang kearah mejaku dengan membawa sebuah berkas.
"Sini aku coba cek." Akupun mengambil berkas itu dan mulai meneliti satu persatu pembahasan dalam berkas tersebut.
"Karena di akhir bulan kemaren ada kenaikan harga saham jadi investasi bertambah, karena aku kan memang harus itung dari awal 20% sebelum di kelola Tania. kan kemaren pa Redi ngasih tau, kamu lupa ya. "
Elisa terlihat sedikit kesal "Oh iya, lupa aku." ucapnya sembari tertawa dan tak lama berlalu pergi.

Ketika aku kembali meneruskan pekerjaanku, tiba-tiba sebuah email masuk. Aku pun segera membuka email tersebut dan setelah ku  baca email itu dari Fika teman sekolahku dulu. ia menyampaikan akan diadakannya acara reuni semua angkatan di hari minggu depan. Aku menghela napasku setelah selesai membacanya. Aku tak tahu apakah aku siap atau tidak untuk ikut kedalam acara reuni minggu depan, aku takut bertemu dengan dia Cinta pertamaku. Aku yakin semua orang akan mengalaminya jatuh cinta pada saat beranjak remaja, bahkan sampai saat ini perasaanku pada dia sepertinya tak pernah berubah. aku sendiri tak tahu kenapa ini hanya kekaguman semata atau apa, namun aku menamainya cinta.
❤❤❤
Aku mengenal dia ketika hari pertama sekolah mengengah pertama, ya SMP. Dia adalah seorang ketua osis, dan aku anak baru ketika itu. masa orientasi dilalui begitu berat namun perhatianku tak pernah berpaling dari dia yang saat itu tak pernah lepas dari topinya. dia jarang sekali mengeluarkan suaranya, dan terlihat seperti seseorang yang tak ramah. Dia adalah Fabil Arrahman.

Ada sebuah kejadian konyol yang ternyata menjadi pupuk ketertarikanku padanya. siang itu aku dan beberapa teman di sekolah tengah membersihkan kelas. kami membuka sepatu kami dan menyimpannya diluar di rak yang telah disediakan pihak sekolah. ada beberapa murid laki-laki yang bertingkah jahil melempar-lempar sepatu-sepatu. Entah apa yang ada dipikiranku saat itu aku berusaha mengamankan sepatuku dengan mencoba mengambilnya dari dalam kelasku melalui jendela kelas. aku berusaha meraih sepatuku, tiba-tiba seseorang mengambil sepatuku dan menyodorkannya kearahku. betapa terkejutnya aku ketika ternyata orang itu adalah kak Fabil. aku terkejut melihatnya,ia hanya tersenyum. Ku akui dia memang memiliki senyuman yang sangat manis. aku mengambil sepatuku yang ia sodorkan tak lupa aku ucapkan terimakasih. Bodohnya aku ketika aku ambil, satu sepatuku terjatuh karena aku tak memegangnya dengan kuat. dan kembali ia mengambilkan sepatuku yang terjatuh kelantai.

"Makasih kak sekali lagi makasih." Ucapku sedikit terbata-bata melihat sikapnya.
Ia sedikit tertawa dan kembali tersenyum, "ini sepatunya awas jatoh lagi." tambahnya.
Tanpa aku sadari aku menahan rasa malu ku di depan kak Fabil. Maka sejak itu akupun mulai tertarik untuk mengenalnya. aku mengikuti beberapa kegiatan disekolah yang berhubungan dengan dia. Aku mengikuti Marcingband sekolah, menjadi anggota paskibra, juga aku mengikuti anggota pramuka. aku memang tak pernah begitu suka dengan kegiatan yang menguras tenaga dan melelahkan. namun saat itu aku melupakan  semua yang ada dipikiranku hanyalah dia.

Sepulang dari latihan aku membuka ponselku, dan betapa terkejutnya aku ketika menemukan nomor telepon kak Fabil di dalam gambar yang aku ambil. sebelum pulang dari latihan kala itu, aku menuju ruang osis dan menemukan profil ketua osis dari tahun ke tahun. tanpa sadar aku jingkrak jingkrak sendiri di dalam kamar. aku bergegas menyimpan nomor teleponnya. dan menyiapkan beberapa cara agar aku bisa menghubunginya, setidaknya melalui sebuah pesan.

Hari demi hari mulai berganti, namun aku belum memiliki keberanian sedikitpun. hingga datang suatu malam aku mengiriminya sebuah pesan, ya aku mengirimi pesan yang sangat konyol. mungkin karena aku yang terlalu bingung untuk memulainya, maka aku putuskan untuk menanyakan jadwal latihan padanya. aku menunggu balasan pesan darinya tak lama ia membalas pesanku ia menjawab "hari rabu kamis sepulang sekolah pukul 15.00 sampai selesai." itu saja. padahal aku telah menyiapkan amunisi lebih jika sewaktu-waktu ia menanyakan siapa yang mengirimkan pesan itu, namun ia tak menanyakannya.

Beberapa hari berlalu dan aku mulai sering mengiriminya pesan walau masih dalam tahap yang tanpa kejelasan. aku menanyakan beberapa hal yang sebenarnya aku tahu jawabannya, namun aku menanyakan padanya. Aku semakin tertarik kepadanya, juga aku merasakan sebuah kenyamanan ketika kami berkirim pesan. Bahkan setiap hari di sekolah aku tak pernah lepas memperhatikannya, dan aku menyadari dia sangat berbeda dari apa yang aku utarakan di awal. Dia adalah pria yang sangat baik, kebanggaan sekolah, apalagi yang harus aku utarakan menurutku dia adalah sosok pria yang sangat sempurna dimataku. Akupun mulai meyakini bahwa aku memiliki perasaan yang sepertinya lebih dari kekaguman semata.

Aku tak pernah berhenti untuk memperhatikannya dan kami semakin sering berkirim pesan. terkadang aku menyadari apa dia sudah tahu siapa wanita yang selama ini mengiriminya pesan, apa dia sudah tau orang itu aku, atau aku bukan satu-satunya wanita yang mengiriminya pesan setiap hari.  Tiba-tiba ponselku berdering sebuah pesan masuk, aku membuka dan membacanya. rasanya aku ingin marah kepada si pengirim pesan, pengirim pesan itu adalah Kak fabil ia memintaku untuk membantunya membereskan beberapa peralatan di ruang pengurus marching Band. Aku tak menggubris pesan itu, aku berpura-pura tak pernah membacanya dan berpura-pura berlatih sendiri. tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku.

"Kamu bisa latihan nanti, sekarang kamu bisa bantu saya."
suara itu adalah suara kak fabil, ia menghampiriku dan berdiri di depanku.
"bantu apa ya kak?" tanyaku yang berpura-pura tidak tahu apa-apa.
"ayo ikut saya." iya tidak menjawab pertanyaanku dan tak lama kamipun pergi ke ruangan tersebut.
Aku terkejut ketika di dalam ruangan itu ada melly dan kak Firla. pikiranku tetap saja berkecamuk rasa marah dan kesal semakin menguasaiku. Ya aku akui aku sangat cemburu. Setelah belakangan ini juga berita kedekatan Kak Fabil dan Melly semakin menyebar, juga bumbu-bumbu asmara antara mereka semakin menyeruak kepermukaan, Sungguh membuatku geram. tapi aku tak dapat melakukan apapun selain hanya menangis sendiri, kecewa sendiri semua sendiri.

Setelah kejadian  itu Kak Fabil, masih sering mengirimiku, pesan hanya untuk mengingatkan aku beberapa hal, entah itu tentang sekolah atau lainnya. Namun aku tak menggubris pesannya, aku mengacuhkannya, menghindarinya setiap kami bertemu. Bahkan aku yang biasanya menunggu di depan gerbang sekolah hanya untuk melihatnya pulang kini tak lagi. aku berusaha sekeras mungkin melupakan ia.

Suatu hari aku bertemu dengan Melly dan ia tengah berdua bersama seorang pria di sebuah Mall, dan pria itu bukan kak Fabil. mereka berdua terlihat sangat akrab, dan kedekatan mereka terlihat lebih dari seorang teman. Melly yang menyadari kehadiranku lalu berjalan menghampiriku, dengan wajah yang terlihat kesal aku menatapnya.
"Hey Na, ketemu kamu disini ya. Kamu sama siapa kesini?" Tanya  Melly yang mengisi senyum di akhir kalimat.
"Sendiri, Ko ngga sama Kak Fabil. Di kemain dulu itu Kak Fabil, sampe bisa berduaan sama cowok lain." Ucapku yang ketus.
Melly terlihat terkejut dengan apa yang aku ucapkan, begitu pula dengan pria disampingnya yang seolah bertanya-tanya.  "Na, Kak Fabil itu sahabatnya Kakak aku, ngga ada hubungan antara aku sama Kak Fabil. Kamu jangan salah paham. Kak Fabil sukanya sama kamu, bukan aku." Jelas Melly. Namun aku tak mempercainya aku hanya tersenyum sesaat dan meninggalkan mereka.

Setelah kejadian itu, aku semakin menghindar dari Melly maupun kak Fabil. walau dalam hatiku aku ingin sekali menanyakan kebenaran dari ucapan Melly kala itu. Hingga waktu perpisahanpun tiba, setelah acara kelulusan tersebut selesai. Tanpa sengaja aku berpapasan dengan Kak Fabil, aku berusaha menghindari dan mengacuhkannya. betapa terkejutnya ketika tangan Kak fabil menahan tanganku yang sekaligus menghentikan langkahku. ia melangkah mundur agar dapat sejajar denganku, aku melihatnya tersenyum dari samping. Tak lama ia menatap ke arahku dari samping dan memberikan aku sebuah Amplop surat berwarna biru muda. aku menatap kearahnya setelah menerima Amplop itu, ia hanya tersenyum tak berkata apapun, iapun melepaskan tangannya dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan aku yang masih terdiam kebingungan.

❤❤❤

"Na, aku duluan ya. Di ujung sana ada Nino ama anak kelas B." Ucap Mina yang menghadiri acara reuni bersamaku, ia pun tak lama pergi meninggalkanku.
Aku hanya tersenyum menanggapinya, tiba-tiba aku mengingat satu hal. satu minggu sebelum acara kelulusan tepatnya hari terakhir setelah Ujian kenaikan kelas aku tak bertemu dengan Melly lagi, banyak yang mengatakan Melly pindah ke salahsatu sekolah di jakarta. Mengikuti tugas orang tuanya sebagai wakil rakyat. Belum selesai rasa penasaranku pada ucapan Melly aku kembali disuguhkan dengan surat yang Kak fabil beri padaku, pagi hari itu. 

"Terimakasih Rainna, kamu sudah mewarnai hidup saya. Terima kasih untuk setiap candaan yang kamu lontarkan. saya tak mengerti kamu seolah menghindari saya, saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya berharap kamu baca surat ini ketika kita masih bisa seperti dulu. Semoga kita bisa bertemu lagi." 

"Hai Rainna." Sapa seseorang kepadaku.
Aku menoleh ke arah suara dan kudapati Kak Fabil, tengah berdiri ngga jauh dari tempatku berdiri. senyumku yang tadi terukir tiba-tiba sirna ada sebuah euforia yang muncul ketika berhadapan lagi dengannya. Kak Fabil berjalan kearahku dan berdiri di hadapanku. Ia tak berhenti tersenyum kearahku, Aku yang sedari tadi tak memberi ekspresi selain terdiam dan berkaca-kaca, aku merasakan diriku yang snagat bahagia karena kembali melihatnya. 

"Saya seneng bisa ketemu kamu lagi, udah lama Saya mau coba telepon kamu atau kirim pesan kaya dulu. tapi saya takut kamu ngga bales pesan saya." ucapnya yang segaligus membuat detak jantungku tak beraturan, aku terkejut mendengarnya.
Aku menatap keheranan kearahnya, "Jadi Kak Fabil tau kalo itu aku bukan Melly."
Kini ia tertawa mendengar ucapanku, lalu berkata "Saya sudah simpen nomor kamu sebelum kamu simpen nomor saya." Ucapnya yang sontak membuat pipiku memerah menahan malu. "Baru dua hari yang lalu saya bertemu Melly, dia jelasin ke saya gimana kamu cemburu sama dia. itulah alasan saya berada disini. Saya masih berharap kamu masih memiliki perasaan itu." Tambahnya.

Ia tiba-tiba menggenggam tanganku, menambah kebingunganku. aku menoleh kearahnya seolah bertanya. ia hanya tersenyum lalu mengatakan "Kita mulai semuanya dari awal, Na.".
Aku tersenyum dengan malu dan mengangguk mengiyakan, banyak sekali balon udara yang terbang dalam hatiku rasanya, aku terlalu berlebihan. tapi sungguh kenyataan ini membuatku merasa kembali hidup, dalam kenangan tentangnya.

Friday, November 16, 2018

I'm Wannable And Always Support Wanna One

Wannable adalah sebutan untuk para fans salahsatu boyband or boy group dari korea selatan. Yes Wanna One. salahsatu boy group yang terbentuk dari acara produce 101 season2. dan Wannable adalah kumpulan Fangirls dan Fanboy terkuat, terbaik dan tertragis. Bagaimana tidak mereka harus menahan kesedihan karena Wanna One akan bubar pada akhir 2018. Nama Wannable sendiri diberikan oleh para member Wanna One yang di ungkapkan pada episode pertama  Wanna One Go. Wannable sendiri adalah gabungan dari kata "Wanna" dan "Able" yang berarti bahwa mereka dan para penggemar dapat meraih semua yang mereka inginkan.

Kenapa kali ini saya membahas soal Wannable juga Wanna one, karena saya adalah sebagian dari mereka. Saya hanya kan menceritakan pengalaman saya ini. Dari dulu saya memang suka K-Drama tapi untuk K-Pop saya tidak terlalu paham dan mengerti namun berbeda dengan kali ini. kurang lebih beberapa bulan lalu mungkin bulan April atau juni saya lupa tepatnya, saya membaca sebuah postingan yang saya temukan di explore Instagram kala itu, mengenai beberapa member Boyband yang memiliki visual terbaik dan memiliki aegyo. Saya lupa akun mana yang memposting tapi setelah melihat dan membaca postingan itu akhirnya saya tertarik melihat seberapa luarbiasanya visual mereka, dan yang menarik perhatian saya adalah Park Jihoon. Sebelum itu saya pernah menonton Running man dengan guest Kang Daniel wannaone, tapi kala itu saya belum tertarik sama sekali.

Park Jihoon atau yang biasa di sapa *Wink Boy*, Dia adalah mantan Artis cilik, yang memulai karirnya kembali di Produce 101 season 2. Ia menyihir para Gukpro kala itu, dengan wink boy yang ia lakukan di acara Mcountdown kala para Trainer menampilkan lagu mereka "Pick Me". dan menjadi viral di beberapa situs pencarian online di korea, hingga di beberapa penampilan dan pengumuman ranking ia selalu masuk 3 besar bahkan beberapa kali duduk di ranking 1. Walau di Final Produce 101 harus kalah dari Kang Daniel yang mendapat poin jauh lebih tinggi darinya. Di wanna one ia sebagai Sub vocal, Lead Dancer, Sub Rapper. Dia memiliki Visual yang sangat memukau, banyak yang bilang kalau ia memiliki visual Tampan sekaligus cantik di waktu bersamaan.

Setelah mulai menyukai Park Jihoon, kini giliran saya mencari tahu apa itu Wanna One. Dan kenapa saya harus menyukai Wanna one. Saya mulai mencari di Youtube dan mendengarkan beberapa lagu mereka, dan lagu-lagu mereka Enak untuk di dengarkan juga visual para member yang tak kalah luar biasa. Wanna one sendiri bukan Grup permanent mereka adalah grup yang di kontrak kurang lebih satu setengah tahun untuk waktu promosi mereka, dan mereka di pilih berdasarkan kemampuan mereka dalam bernyanyi, dance dan Rapp. juga dari visual yang pasti menjadi daya tarik Grup itu sendiri. di acara survival produce 101 terpilihkan 11 member yaitu, Kang Daniel, Park jihoon, Lee Daehwi, Kim Jaehwan, Ong Seongwu, Park Woojin, Lai Guanlin, Yoo Jisung, Hwang Minhyun, Bae Jinyoung dan Ha sungwoon. Saya nonton Produce 101 season 2 mulai dari episode pertama dimana ada beberapa training yang menyerah, putus asa, karena begitu berat dan kejamnya Acara survival itu. Saya tahu begitu sulit dan tidak mudah mereka berjuang hingga berada di posisi Wanna one ini. makanya mengapa saya bangga menyukai grup yang satu ini.

Selain Park Jihoon seiring berjalannya waktu saya juga menyukai member lain, salah satu maknae pula di grup itu. ia adalah Bae jinyoung. Saya tertarik ke Jinyoung karena saya melihat bagaimana ia yang awalnya adalah pria yang pendiam, seorang pemalu dan ia tak pernah memiliki kepercayaan diri hingga ketika di  Mcountdown ia tersorot kamera walau hanya beberapa detik di scene terakhir ia memperlihatkan senyumnya kala itu. dan mulai banyak netizen yang memperbincangkan siapakah ia? Hingga perolehan Rangkinnya semakin hari semakin naik, dan ia mendapatkan kepercayaan dirinya kembali di Episode Ia menyanyikan lagu Bts Springday dengan suara dan visualnya yang tidak di ragukan lagi. Setiap rangkinnya naik maka semakin tinggi pula kepercayaan diri yang ia dapatnya, di lagu Little Girl ia bersanding dengan Park Jihoon. Setelah penampilan itu maka semakin banyak pula Netizen yang mulai tertarik kepadanya. Hingga di Final Produce 101 keajaiban terjadi Bae Jinyoung mendapatkan posisi 10 dan dipastikan menjadi member Wanna one.

Satu setengah tahun melakukan promosi di berbagai negara, membuat para member khususnya para maknae mulai menjadi sosok pria yang dewasa. Contoh saja Bae Jinyoung yang umurnya tahun 2019 akan menginjak 20 tahun di tahun korea, ia mulai berubah dan menjadi sosok pria idaman para wanita dengan mata yang indah dan dingin itu. Wanna one sendiri telah menghasilkan banyak penghargaan di album debut mereka, di lagu Energetic kala itu. Wanna one sendiri telah menghasilkan 5 album yaitu 1x1=1 To Be One, 1-1=0 Nothing Without you, 0+1=1 I promise You, 1:x=1 undivided, dan album terakhir mereka yang akan Rilis tanggal 19 bulan November ini.

"All I Wanna Do, Wanna One. Annyeonghaseo Wanna one Imnida" Ini adalah perkenalan yang biasa mereka lakukan untuk memperkenalkan siapa mereka. di Wanna One Go season 1 mereka membuat kalimat itu dengan usaha dan arti yang sangat luarbiasa. Saya sangat menyukai Wanna one, maka ketika hari pembubaran itu akan segera tiba. saya adalah termasuk yang menyesalkan mengapa harus ada pembubaran? mengapa mereka harus kembali ke agensi mereka? apa mereka akan seperti Wanna One di agensi mereka? atau masih bisakah saya melihat kesebelasan ini di masa depan?. banyak sekali pertanyaan yang saya lontarkan tanpa saya tahu bahwa saya tak akan akan mendapat jawabannya. karena di dalam industri korea, itu adalah bisnis. maka saya harus menerima kenyataan itu semua walau sungguh sangat menyakitkan.

Banyak alasan mengapa saya menyukai Wanna One, selain Suara, Dance, Visual mereka juga sangat menarik perhatian banyak orang, karena kebobrokan mereka. Mereka memiliki selera humor yang cukup tinggi, Contohnya saja di Wanna One Zero Base mereka banyak membuat orang-orang tertawa karena tingkah-tingkah konyol mereka. Sungguh mungkin itu juga yang menjadi daya tarik mereka. Karena itu juga kini saya tertarik untuk mempelajari budaya dan beberapa bahasa korea, hanya karena saya menyukai Wanna One, dan saya belajar banyak juga dari semua ini. Bahwa hidup adalah sebuah perjuangan. Bagaimana sangat sulit mencapai kesuksesan itu, juga tak mudah untuk mempertahankannya. Saya berharap bisa bertemu dengan mereka, semoga Wanna One mengadakan konser terakhir mereka di Indonesia seperti janji Jihoon dan Daehwi kala Wanna one world tour beberapa bulan lalu.


Ini hanya sekilas Cerita absurd saya sebagai Wannable, Sebagai seseorang yang kini harus belajar merelakan kebersamaan bersama kesebelas member kesayangan, yang tak kan berlangsung lama. saya tengah menikmati waktu bersama mereka kini, hingga tiba waktu mereka pergi meninggalkan para Wannable. "Wanna One Fighting!! Wannable Fighting !! Wanna One Saranghae ❤❤❤"

Mari bantu nonton MV last comeback Wanna One tanggal 19 ini, Salam hangat dari saya, wanita yang mengaku seorang Wannable..

MV Last Comeback Wanna One

Annyeonghi~gyeseyo.. ✋

Monday, November 12, 2018

Haruskah Ku Namainya Penyesalan

Mungkin saat itu aku tak pernah merasakan sesuatu terjadi padaku dengan setiap perlakuan mu yang terkadang manis kepadaku. Kamu adalah orang yang selalu menggangguku, membuatku jengkel degan tingkah-tingkah konyolmu. Kau seolah memberi tahu dunia jika kau mencintaiku, maka dengan kekonyolanmu kau lakukan banyak hal hanya untuk mencuri perhatianku. Namun aku mungkin terlalu risih dengan semua perlakuan mu itu hingga aku selalu mengacuhkanmu. 

Aku tak pernah menghargai sedikitpun usahamu untuk meluluhkan ku, Aku selalu bersikeras bahwa apa yang kau lakukan tak akan pernah membuatku merubah perasaan ku. dan aku berkeyakinan bahwa aku tak akan pernah merasakan perasaan yang sama, seperti yang kau rasakan.

Hingga akhirnya kaupun memutuskan untuk menyerah dengan perasaanmu. Kau menyerah dengan ketidakberdayaanmu membuatku memiliki perasaan yang sama. Bodohnya aku yang mendengar pengakuanmu hanya tersenyum dan meyakini bahwa semua akan baik-baik saja. aku bahkan menilaimu payah karena telah menyerah dengan perasaanmu.

Namun beberapa hari setelah keputusanmu, hidupku mulai terasa sepi. Tak ada lagi tingkah konyolmu di hari-hariku. Tak ada tawamu yang mengisi hariku, ataupun sikapmu yang sering membuatku jengkel. Sungguh aku mulai kehilangan semuanya, aku mulai kehilangan sosok dirimu dalam hidupku. walau aku sendiri masih belum yakin dengan apa yang aku rasakan.

Belum selesai keterpurukanku aku menemui fakta lain bahwa kini kau telah bersamanya. Dan kau bersamanya setelah beberapa hari kau menyerah padaku. kau tahu rasanya aku hancur, aku tak ingin lagi menemuimu, bahkan untuk melihat wajahmu rasanya aku tak sanggup. Aku bahkan sempat berpikir untuk benar-benar menutup semua komunikasi dengan mu. Aku kira aku tak akan mengalami hal seperti ini. Aku mulai merasa kehilangan sosok terpenting dihidupku setelah kau bersama dia.

Aku merasa menjadi wanita bodoh yang merasa bahwa kau akan kembali padaku karena kau mencintaiku. Namun nyatanya sekarang kau telah bahagia dengan keputusanmu juga bersama dia.  Lantas aku merasa semakin menyesali keputusanmu juga perasaanku yang kini semakin tak jelas setelah kehilanganmu. 

Haruskah aku membencimu karena kau telah bersama dia, atau haruskah aku yang membenci diriku sendiri karena menyadari aku merasa kehilanganmu. Aku benci berada disituasi seperti ini. saat melihat kebersamaan kamu dengannya sungguh sakit yang aku rasa, Aku tak bisa mengontrol emosiku. dan aku akui aku kalah dengan perasaanku sendiri yang seolah masih menginginkanmu berada disini.

Semakin aku bertanya maka semakin rumit setiap jawaban yang juga aku cari. Aku mulai menyadari satu hal kau tak benar-benar mencintaiku, lantas mengapa aku harus merasakan sakit ketika kehilanganmu. Kenapa kau biarkan aku nyaman dengan semua hal konyol yang kau lakukan untuk menarik perhatianku. jika pada akhirnya yang kau lakuakn hanya sebuah permainan.

Haruskah ku namainya penyesalan, karena aku menyesal sempat percaya dengan ucapan bodoh yang keluar dari mulutmu. namun tak bisa aku pungkiri aku masih ingin kita seperti dulu walau itu sangat tidak mungkin..

Thursday, November 01, 2018

Inilah Kisah Sedihku


Malam ini aku mengumpulkan banyak kekuatan untuk dapat berdiri disini. di sebuah aula dengan dekorasi bernuansa putih dimana-mana, juga dengan beberapa tambahan bunga mawar merah segar yang menambah romantis tempat ini, persis seperti impian yang pernah aku dan kamu utarakan dahulu. kau tampak tampan seperti biasanya, juga dengan setelan jas hitam yang kau pakai menambah gagah dirimu malam ini. kau tersenyum kearah semua orang yang mulai berkerumun mendekati mu, sebagian orang mulai mengabadikan moment itu dengan ponsel dan lensa kamera mereka.

Sebuah senyum terukir tulus dari bibirku melihat moment itu, sungguh aku tak pernah berpikir aku akan berada di tempat ini. juga Mengalami sebuah kejadian yang menyita banyak pikiranku juga perasaan ku, namun nyatanya aku kini bisa tersenyum seperti biasanya. Kau tersenyum lalu berjalan beriringan menuju kursi pelaminan. Sesekali kau menyentuh pipi hanya untuk sekedar mencuri perhatian orang-orang yang mengabadikan moment malam ini. tampak beberapa sorakan menyertai kejadian itu. Semua orang yang berada di tempat ini merasakan sebuah euforia kebahagiaan atas keberhasilan mu memberi kepastian ya sebuah pernikahan,. Namun bukan dengan aku kau menikah melainkan dengan Delia, teman dekatmu di Sydney yang sering kau ceritakan dulu.

Mataku mulai berkaca-kaca walau sebuah senyum terus terukir dari bibirku, Aku tahu betul bagaimana perjalan kamu dan Delia bisa sampai disini. Kamu mungkin menyadari bahwa hubungan aku dan kamu yang telah berlangsung 7 tahun harus kandas di tengah jalan, Aku tak pernah mau menyalahkan Delia yang hadir dalam kisah kita. karena mungkin seharusnya seperti itu, kamu dan dia yang ternyata memiliki banyak waktu bersama  ketika di sydney hingga kau merasakan sebuah kenyamanan dan mengakui perasaan mu setelah sekian lama mengelak kepadaku.

"Biar aku aja yang beli, Del" Ucapmu ketika akan membelikanku sebuah minuman.
"Del?" ucapku yang terkejut mendengar mu menyebut nama Delia, ini memang bukan kali pertama kamu salah menyebutkan namaku.
"Sorry, Ra." hanya kalimat itu yang keluar dari bibirmu kala itu.
"Ciee.. ko jadi makin sering salah manggil ya" ucapku yang diselingi tertawa di akhir kalimatku. 
Kamu terlihat kaget mendengar ucapanku kala itu, kamu mengelak dan selalu beralasan kamu dekat dengan Delia karena kamu dan dia sama-sama kuliah di sydney. "udah ah ko jadi bahas Delia terus."
"Ko kamu salah tingkah gitu sih." ucapku yang mulai menggodamu. aku sengaja menggodamu karena sejujurnya tanpa kamu sadari dua tahun terakhir ini hubungan kita memang banyak mengalami perubahan, juga sikap kamu yang tidak seperti biasanya setelah kamu sering menceritakan kedekatanmu dengan mahasiswi baru di kampusmu, Delia. mendengar ucapanku kamu hanya menggeleng dan berlalu pergi membelikan ku sebuah minuman.

"Wuihh keren ya. sang mantan hadir." ucap seseorang menyadarkan lamunanku. 
Aku menoleh kearah suara dan ku dapati Erlangga tengah berdiri di belakangku, ia tersenyum seolah tengah meledekku. aku memalingkan wajahku kembali kearah semula. Erlangga adalah teman baik mu, bukan. ia tahu betul cerita kita dari awal hingga seperti ini, menurutku wajar jika ia meledekku.
Ia kini berdiri tepat disampingku, menatap wajahku dari samping. "Ko diem-diem aja, di kira bakal nangis jerit-jerit gitu di depan pelaminan." tambahnya.
aku kembali menoleh ke arahnya, aku menarik napas lalu mengatakan "Buat apa aku nangis jerit-jerit, setiap hubungan pasti bakalan punya endingnya. mungkin emang endingnya hubungan aku harus kaya gini."

"Kamu ngga sakit gitu hubungan yang udah lama kamu jalin harus kandas dengan cara kaya gini?"
Aku kembali tersenyum lalu berkata "Awalnya sih aku patah hati, bohong banget kalo aku ngga nangis-nangis. bohong banget juga kalo aku ngga nyesel sama keputusan aku yang dukung dia buat kuliah disana dan akhirnya ketemu Delia. tapi akhirnya aku sadar sebuah hubungan memang ngga bisa selamanya berjalan dengan lancar. begitu juga dengan hubungan aku dan Fajar." Kini mataku kembali beralih ke arah mu dan Delia yang tengah berbahagia disana.

"Aku ngga bisa bayangin pas kamu dapet undangan nikahannya Mereka." Ucap Erlangga yang menundukan pandangannya.
"Aku udah tau ko kemana hubungan mereka akan berlanjut. jadi aku ngga sekaget itu" ucapku santai. mendengar ucapanku Erlangga menatap wajahku dari samping. "Karena Fajar punya mimpi setelah lulus S1 dia akan menikahi kekasihnya, lantas kembali melanjutkan beasiswa S2 nya di Belanda bersama istri masa depannya." lanjut ku yang sontak membuat Erlangga mengernyitkan dahinya.
"Aku yakin kamu terguncang banget, karena semua benar-benar terjadi seperti ini. tragis." ucapnya asal.

Aku menoleh ke arahnya lalu tertawa mendengar tanggapannya. Kau tahu aku terus berusaha tegar di depan Erlangga, berusaha kuat walau sebenarnya aku tak bisa sesantai ini. Aku tak bisa terus berpura-pura aku biasa saja, aku tak bisa terus berusaha seolah aku telah benar-benar merelakanmu. Andai saja kamu tahu sakit yang aku rasakan ini, juga tentang perasaanku padamu yang nyatanya selalu berusaha berontak, seolah memintaku untuk memperjuangkan hubungan kita. Aku tak ingin menyalahkan siapapun atas kejadian ini, mungkin salahku yang membiarkanmu nyaman dengan kebersamaan kalian, mungkin salahku juga yang selalu mengira hubungan kita akan baik-baik saja. Hingga aku tak pernah berpikir untuk terus selalu ada disaat kamu membutuhkanku. 

tetiba aku mengingat moment sakit ku, Malam itu kamu tiba-tiba mengajak ku untuk bertemu di taman yang biasa kita kunjungi. setelah kedatanganku kamu terus terdiam tak berkata sepatah katapun. aku yang terus menatapmu mulai merasa sesuatu tengah terjadi lantas ketika aku bertanya kamu tersenyum ke arahku.
"Ra, Maaf." 
Aku terdiam menunggu kalimat setelahnya yang kan kau ucapkan. Kamu menghela napas seakan sesuatu yang berat akan kamu ucapkan padaku malam itu, "Aku nyaman sama Delia. dan aku sadar perasaan ini bukan hanya sekedar nyaman" tambahmu yang sedikit berucap dengan penuh hati-hati.

Kalimat itu sukses menancap tepat di hatiku, sakit rasanya. aku terdiam lemas mendengar ucapanmu kala itu. aku bahkan tak kuasa menatap matamu, apa yang selalu aku takutkan terjadi kamu mulai nyaman dengannya, juga kamu mulai menjadikan dia sesuatu yang penting untuk hidupmu. Hingga tanpa kamu sadari kamu telah memiliki ku lebih dulu. Aku terus terdiam tak bisa berkata apa-apa selain mataku yang masih berkaca-kaca berusaha menahan tangisku.
"kenapa ini harus terjadi?" tanya ku dalam hati

Kamu tiba-tiba memelukku berusaha menenangkanku. lalu berbisik di kupingku "Maafin aku Ra."
aku berusaha melepaskan pelukanmu dan berusaha tersenyum dengan bibir yang terbata-bata aku berkata "Kamu bisa bersama Delia. Hubungan kita biarkan cukup disini." kini air mataku mulai menetes aku tak lagi bisa menahannya.
Kamu terdiam terkejut mendengar apa yang barusan ku katakan. "Ngga Ra. gimana sama kamu? aku ngga bisa lepasin kamu!"
aku mulai memberanikan diri menatapmu dengan air mata yang terus berlinang, aku tersenyum seolah berkata aku baik-baik saja.  "kamu bisa jujur sama diri kamu sendiri,juga aku. itu artinya kamu bisa tanpa aku." ucapku yang terbata-bata sembari sesekali menggigit bibirku hanya untuk meredakan tangisku.

Kamu kembali memelukku seakan menenangkanku, juga tak percaya dengan apa yang telah aku katakan. "Maafin aku Ra." Ucapmu kembali. 
Kini aku menyambut pelukanmu yang mungkin menjadi sebuah pelukan terakhir untuk kita. 
"Untuk apa kita lanjutkan ini semua jika pada akhirnya, perasaan mu bukan lagi untukku." ucapku dalam pelukan mu kala itu.

Terdengar suara pembawa acara malam ini yang membuka sesi photo bersama dengan mempelai pria dan wanita di altar pelaminan. juga sesi bersalaman dengan kedua mempelai juga keluarganya. Aku berdiri dan bersiap menuju altar tiba-tiba Erlangga menghalangiku. aku terkejut dengan tingkahnya, ia menoleh ke belakang ke arah mu.
"Kenapa ?"
Kini giliran ia yang menatapku "kamu serius baik-baik aja Ra." Tanya Erlangga yang disusul dengan anggukan dariku.
"Aku temenin kamu kedepan ya. takut ntar kamu pingsan lagi." ucapnya asal yang di sambut dengan tawa olehku.

Setelah mengantri beberapa menit, sampailah aku didepanmu kini. kamu terkejut tidak percaya dengan kedatanganku, tiba-tiba kamu memelukku dan kamu kembali meminta maaf kepadaku. aku membiarkanmu memelukku, walau dalam hatiku aku berkeinginan untuk menyambut pelukanmu. namun tak ku lakukan, semua hanya agar aku terlihat kuat di depanmu. tak lama kamu melepaskan pelukanmu tanpa sadar mataku mulai berair, air mataku mulai jatuh. aku berusaha menghapusnya. namun semakin ku hapus semakin sakit yang aku rasa, hingga aku membiarkannya terus jatuh. aku kira aku bisa lewati ini. tolong dengarkan aku airmata bukankah kita sudah berjanji untuk tidak menangis ketika bertemu dia. untuk hatiku yang lemah, yang tengah terluka. aku benar-benar tak ingin menangis. namun nyatanya air mata terus mengalir setiap kali aku mengatakan untuk tidak menangis.

Kamu kembali memelukku, menenangkan tangisku, kini aku berusaha melepaskan pelukanmu dengan senyum di bibirku yang terlihat seakan di buat-buat memang. kini aku berdiri di depan Delia, Raut wajahnya memperlihatkan bahwa iapun tak percaya dengan kedatanganku. kamipun saling berpelukan, aku memintanya untuk terus menjagamu, menjadi istri yang baik untukmu. Delia terus berbisik meminta maaf selama aku memberinya pesan. ku lihat air mata membahasi pipinya yang berwarna merah merona karena balutan makeup. tanpa henti aku terus tersenyum.

Tak lama aku keluar dari ruangan itu, Erlangga kembali mencegahku.
"Aku tau kamu berpura-pura tegar." Ucapnya yang menatap mataku.
Aku memalingkan tatapanku darinya, ia kembali berkata "ini hanya sementara, kesedihan ini tidak akan berlangsung lama. jangan biarkan dirimu terus tenggelam dalam tangisanmu. the life must go on." Ucapnya yang seraya mengusap air mataku.
Tanpa sadar aku memeluknya mencari tempat ternyaman agar tangisku berhenti "Aku pikir aku bisa, aku udah janji sama diri aku buat ngga nangis, tapi nyatanya sulit."
Erlangga melepakan pelukanku perlahan ia menatapku lalu berkata "semua karena kamu mencintainya"

Ayo Cari tahu !!

Popular Posts

Blogroll

 
Dunia Diana Chandri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template