Beberapa buku tersusun rapi di rak, suara cetak dari printer terdengar jelas, beberapa suara ketikan keyboard menambah ramai dalam ruangan yang berada di ujung koridor. beberapa orang tengah sibuk dengan rutinitas mereka begitupula dengan aku yang tengah mengerjakan sebuah laporan investasi hari ini. Aku adalah Rainna aku bekerja disalahsatu perusahaan dikota Surabaya.
"Na, Kamu coba cek deh kenapa laporannya bisa beda jauh sama laporan awal dari kamu." Tanya Elisa rekan kerjaku yang datang kearah mejaku dengan membawa sebuah berkas.
"Sini aku coba cek." Akupun mengambil berkas itu dan mulai meneliti satu persatu pembahasan dalam berkas tersebut.
"Karena di akhir bulan kemaren ada kenaikan harga saham jadi investasi bertambah, karena aku kan memang harus itung dari awal 20% sebelum di kelola Tania. kan kemaren pa Redi ngasih tau, kamu lupa ya. "
Elisa terlihat sedikit kesal "Oh iya, lupa aku." ucapnya sembari tertawa dan tak lama berlalu pergi.
Ketika aku kembali meneruskan pekerjaanku, tiba-tiba sebuah email masuk. Aku pun segera membuka email tersebut dan setelah ku baca email itu dari Fika teman sekolahku dulu. ia menyampaikan akan diadakannya acara reuni semua angkatan di hari minggu depan. Aku menghela napasku setelah selesai membacanya. Aku tak tahu apakah aku siap atau tidak untuk ikut kedalam acara reuni minggu depan, aku takut bertemu dengan dia Cinta pertamaku. Aku yakin semua orang akan mengalaminya jatuh cinta pada saat beranjak remaja, bahkan sampai saat ini perasaanku pada dia sepertinya tak pernah berubah. aku sendiri tak tahu kenapa ini hanya kekaguman semata atau apa, namun aku menamainya cinta.
❤❤❤
Aku mengenal dia ketika hari pertama sekolah mengengah pertama, ya SMP. Dia adalah seorang ketua osis, dan aku anak baru ketika itu. masa orientasi dilalui begitu berat namun perhatianku tak pernah berpaling dari dia yang saat itu tak pernah lepas dari topinya. dia jarang sekali mengeluarkan suaranya, dan terlihat seperti seseorang yang tak ramah. Dia adalah Fabil Arrahman.
Ada sebuah kejadian konyol yang ternyata menjadi pupuk ketertarikanku padanya. siang itu aku dan beberapa teman di sekolah tengah membersihkan kelas. kami membuka sepatu kami dan menyimpannya diluar di rak yang telah disediakan pihak sekolah. ada beberapa murid laki-laki yang bertingkah jahil melempar-lempar sepatu-sepatu. Entah apa yang ada dipikiranku saat itu aku berusaha mengamankan sepatuku dengan mencoba mengambilnya dari dalam kelasku melalui jendela kelas. aku berusaha meraih sepatuku, tiba-tiba seseorang mengambil sepatuku dan menyodorkannya kearahku. betapa terkejutnya aku ketika ternyata orang itu adalah kak Fabil. aku terkejut melihatnya,ia hanya tersenyum. Ku akui dia memang memiliki senyuman yang sangat manis. aku mengambil sepatuku yang ia sodorkan tak lupa aku ucapkan terimakasih. Bodohnya aku ketika aku ambil, satu sepatuku terjatuh karena aku tak memegangnya dengan kuat. dan kembali ia mengambilkan sepatuku yang terjatuh kelantai.
"Makasih kak sekali lagi makasih." Ucapku sedikit terbata-bata melihat sikapnya.
Ia sedikit tertawa dan kembali tersenyum, "ini sepatunya awas jatoh lagi." tambahnya.
Tanpa aku sadari aku menahan rasa malu ku di depan kak Fabil. Maka sejak itu akupun mulai tertarik untuk mengenalnya. aku mengikuti beberapa kegiatan disekolah yang berhubungan dengan dia. Aku mengikuti Marcingband sekolah, menjadi anggota paskibra, juga aku mengikuti anggota pramuka. aku memang tak pernah begitu suka dengan kegiatan yang menguras tenaga dan melelahkan. namun saat itu aku melupakan semua yang ada dipikiranku hanyalah dia.
Sepulang dari latihan aku membuka ponselku, dan betapa terkejutnya aku ketika menemukan nomor telepon kak Fabil di dalam gambar yang aku ambil. sebelum pulang dari latihan kala itu, aku menuju ruang osis dan menemukan profil ketua osis dari tahun ke tahun. tanpa sadar aku jingkrak jingkrak sendiri di dalam kamar. aku bergegas menyimpan nomor teleponnya. dan menyiapkan beberapa cara agar aku bisa menghubunginya, setidaknya melalui sebuah pesan.
Hari demi hari mulai berganti, namun aku belum memiliki keberanian sedikitpun. hingga datang suatu malam aku mengiriminya sebuah pesan, ya aku mengirimi pesan yang sangat konyol. mungkin karena aku yang terlalu bingung untuk memulainya, maka aku putuskan untuk menanyakan jadwal latihan padanya. aku menunggu balasan pesan darinya tak lama ia membalas pesanku ia menjawab "hari rabu kamis sepulang sekolah pukul 15.00 sampai selesai." itu saja. padahal aku telah menyiapkan amunisi lebih jika sewaktu-waktu ia menanyakan siapa yang mengirimkan pesan itu, namun ia tak menanyakannya.
Beberapa hari berlalu dan aku mulai sering mengiriminya pesan walau masih dalam tahap yang tanpa kejelasan. aku menanyakan beberapa hal yang sebenarnya aku tahu jawabannya, namun aku menanyakan padanya. Aku semakin tertarik kepadanya, juga aku merasakan sebuah kenyamanan ketika kami berkirim pesan. Bahkan setiap hari di sekolah aku tak pernah lepas memperhatikannya, dan aku menyadari dia sangat berbeda dari apa yang aku utarakan di awal. Dia adalah pria yang sangat baik, kebanggaan sekolah, apalagi yang harus aku utarakan menurutku dia adalah sosok pria yang sangat sempurna dimataku. Akupun mulai meyakini bahwa aku memiliki perasaan yang sepertinya lebih dari kekaguman semata.
Aku tak pernah berhenti untuk memperhatikannya dan kami semakin sering berkirim pesan. terkadang aku menyadari apa dia sudah tahu siapa wanita yang selama ini mengiriminya pesan, apa dia sudah tau orang itu aku, atau aku bukan satu-satunya wanita yang mengiriminya pesan setiap hari. Tiba-tiba ponselku berdering sebuah pesan masuk, aku membuka dan membacanya. rasanya aku ingin marah kepada si pengirim pesan, pengirim pesan itu adalah Kak fabil ia memintaku untuk membantunya membereskan beberapa peralatan di ruang pengurus marching Band. Aku tak menggubris pesan itu, aku berpura-pura tak pernah membacanya dan berpura-pura berlatih sendiri. tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku.
"Kamu bisa latihan nanti, sekarang kamu bisa bantu saya."
suara itu adalah suara kak fabil, ia menghampiriku dan berdiri di depanku.
"bantu apa ya kak?" tanyaku yang berpura-pura tidak tahu apa-apa.
"ayo ikut saya." iya tidak menjawab pertanyaanku dan tak lama kamipun pergi ke ruangan tersebut.
Aku terkejut ketika di dalam ruangan itu ada melly dan kak Firla. pikiranku tetap saja berkecamuk rasa marah dan kesal semakin menguasaiku. Ya aku akui aku sangat cemburu. Setelah belakangan ini juga berita kedekatan Kak Fabil dan Melly semakin menyebar, juga bumbu-bumbu asmara antara mereka semakin menyeruak kepermukaan, Sungguh membuatku geram. tapi aku tak dapat melakukan apapun selain hanya menangis sendiri, kecewa sendiri semua sendiri.
Setelah kejadian itu Kak Fabil, masih sering mengirimiku, pesan hanya untuk mengingatkan aku beberapa hal, entah itu tentang sekolah atau lainnya. Namun aku tak menggubris pesannya, aku mengacuhkannya, menghindarinya setiap kami bertemu. Bahkan aku yang biasanya menunggu di depan gerbang sekolah hanya untuk melihatnya pulang kini tak lagi. aku berusaha sekeras mungkin melupakan ia.
Suatu hari aku bertemu dengan Melly dan ia tengah berdua bersama seorang pria di sebuah Mall, dan pria itu bukan kak Fabil. mereka berdua terlihat sangat akrab, dan kedekatan mereka terlihat lebih dari seorang teman. Melly yang menyadari kehadiranku lalu berjalan menghampiriku, dengan wajah yang terlihat kesal aku menatapnya.
"Hey Na, ketemu kamu disini ya. Kamu sama siapa kesini?" Tanya Melly yang mengisi senyum di akhir kalimat.
"Sendiri, Ko ngga sama Kak Fabil. Di kemain dulu itu Kak Fabil, sampe bisa berduaan sama cowok lain." Ucapku yang ketus.
Melly terlihat terkejut dengan apa yang aku ucapkan, begitu pula dengan pria disampingnya yang seolah bertanya-tanya. "Na, Kak Fabil itu sahabatnya Kakak aku, ngga ada hubungan antara aku sama Kak Fabil. Kamu jangan salah paham. Kak Fabil sukanya sama kamu, bukan aku." Jelas Melly. Namun aku tak mempercainya aku hanya tersenyum sesaat dan meninggalkan mereka.
Setelah kejadian itu, aku semakin menghindar dari Melly maupun kak Fabil. walau dalam hatiku aku ingin sekali menanyakan kebenaran dari ucapan Melly kala itu. Hingga waktu perpisahanpun tiba, setelah acara kelulusan tersebut selesai. Tanpa sengaja aku berpapasan dengan Kak Fabil, aku berusaha menghindari dan mengacuhkannya. betapa terkejutnya ketika tangan Kak fabil menahan tanganku yang sekaligus menghentikan langkahku. ia melangkah mundur agar dapat sejajar denganku, aku melihatnya tersenyum dari samping. Tak lama ia menatap ke arahku dari samping dan memberikan aku sebuah Amplop surat berwarna biru muda. aku menatap kearahnya setelah menerima Amplop itu, ia hanya tersenyum tak berkata apapun, iapun melepaskan tangannya dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan aku yang masih terdiam kebingungan.
❤❤❤
"Na, aku duluan ya. Di ujung sana ada Nino ama anak kelas B." Ucap Mina yang menghadiri acara reuni bersamaku, ia pun tak lama pergi meninggalkanku.
Aku hanya tersenyum menanggapinya, tiba-tiba aku mengingat satu hal. satu minggu sebelum acara kelulusan tepatnya hari terakhir setelah Ujian kenaikan kelas aku tak bertemu dengan Melly lagi, banyak yang mengatakan Melly pindah ke salahsatu sekolah di jakarta. Mengikuti tugas orang tuanya sebagai wakil rakyat. Belum selesai rasa penasaranku pada ucapan Melly aku kembali disuguhkan dengan surat yang Kak fabil beri padaku, pagi hari itu.
"Terimakasih Rainna, kamu sudah mewarnai hidup saya. Terima kasih untuk setiap candaan yang kamu lontarkan. saya tak mengerti kamu seolah menghindari saya, saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya berharap kamu baca surat ini ketika kita masih bisa seperti dulu. Semoga kita bisa bertemu lagi."
"Hai Rainna." Sapa seseorang kepadaku.
Aku menoleh ke arah suara dan kudapati Kak Fabil, tengah berdiri ngga jauh dari tempatku berdiri. senyumku yang tadi terukir tiba-tiba sirna ada sebuah euforia yang muncul ketika berhadapan lagi dengannya. Kak Fabil berjalan kearahku dan berdiri di hadapanku. Ia tak berhenti tersenyum kearahku, Aku yang sedari tadi tak memberi ekspresi selain terdiam dan berkaca-kaca, aku merasakan diriku yang snagat bahagia karena kembali melihatnya.
"Saya seneng bisa ketemu kamu lagi, udah lama Saya mau coba telepon kamu atau kirim pesan kaya dulu. tapi saya takut kamu ngga bales pesan saya." ucapnya yang segaligus membuat detak jantungku tak beraturan, aku terkejut mendengarnya.
Aku menatap keheranan kearahnya, "Jadi Kak Fabil tau kalo itu aku bukan Melly."
Kini ia tertawa mendengar ucapanku, lalu berkata "Saya sudah simpen nomor kamu sebelum kamu simpen nomor saya." Ucapnya yang sontak membuat pipiku memerah menahan malu. "Baru dua hari yang lalu saya bertemu Melly, dia jelasin ke saya gimana kamu cemburu sama dia. itulah alasan saya berada disini. Saya masih berharap kamu masih memiliki perasaan itu." Tambahnya.
Ia tiba-tiba menggenggam tanganku, menambah kebingunganku. aku menoleh kearahnya seolah bertanya. ia hanya tersenyum lalu mengatakan "Kita mulai semuanya dari awal, Na.".
Aku tersenyum dengan malu dan mengangguk mengiyakan, banyak sekali balon udara yang terbang dalam hatiku rasanya, aku terlalu berlebihan. tapi sungguh kenyataan ini membuatku merasa kembali hidup, dalam kenangan tentangnya.