Sunday, March 05, 2023

Tiket menuju "Masalalu"

Jika kamu diberi tiket untuk mengubah masa lalu, apa kamu akan memakainya? Atau mungkin tidak? Atau mungkin jika kamu diberi tiket kembali ke masalalu dengan diri kamu yang sekarang, apa kamu akan mengambilnya?


Mengubah satu kejadian di masa lalu artinya mengubah semuanya, alur cerita hidup pun berubah di masa depan. 

Aku mulai mengingat banyak hal, kejadian demi kejadian yang aku lalui di masa lalu. Apakah aku akan memakai tiket itu? Atau membiarkan semuanya tetap berjalan seperti ini termasuk rasa sakit yang pernah aku alami, tentang rasa bahagia yang pernah ada, semuanya akan tetap sama. 

Namun tiba-tiba terlintas di pikiranku, sebuah ingatan di masa lalu yang membuatku berpikir haruskah aku mengambil tiket itu dan memakainya? kejadian yang sebenarnya sampai saat ini penuh teka-teki dan misteri untukku. Aku seolah kembali ke ingatan-ingatan dimana aku berada di situasi yang tak pernah aku bayangkan namun benar-bnar terjadi padaku. 

Hari itu, hari dimana aku merasakan rasa sakit yang mungkin hingga saat ini masih membekas untukku. Rasa perih menyayat, rasa tak percaya juga kekecewaan yang melanda dan menyesakan dada. 

Hari itu Pria yang ku kenal dekat, tiba-tiba memilih untuk pergi. Pergi tanpa mengucapkan kata selamat tinggal ataupun penjelasannya. Kami memang tidak sedekat itu, hanya dekat sebagaimana kata terurai. Aku menyukainya sejak awal hingga kedekatan kami yang aku artikan sebuah rasa berubah menjadi ketidak mungkinan. 

Seorang pria yang terkenal dingin itu tiba-tiba menjadi hangat, hanya padaku. Pria yang irit bicara, juga dan tak asik itu menjadi lebih ekspresif jika bersamaku. Pria yang hanya dengannya saja membuatku merasa cukup, lantas harus ku artikan apa rasa itu?? 

Aku hanya menebak-nebak dan mencoba mengartikannya sebuah kenyamanan, namun seiring berjalannya waktu aku meyakini bahwa perasaan nyaman itu bukan hanya datang padaku melainkan juga dengannya. Perhatian sederhana yang ia beri atau keromantisan penuh kekakuan yang ia perlihatkan sudah menjadi jawaban nyata bagiku kala itu. Namun baru saja aku meyakini perasaan padanya seperti halnya perasaannya padaku. Tiba-tiba ia mulai menghindariku, menjauhiku dan hilang perlahan dalam hidupku. Dihari itupula ia dengan jahatnya memperkenalkan kepada dunia wanita barunya, wanita yang juga ku kenal. 

Maka setelah kejadian itu ribuan kalimat tanya memenuhi pikiranku. Aku tak pernah menduga akhir yang menyedihkan ini datang padaku, apa yang telah ia lakukan sebelumnya sungguh sangat berbeda dari kenyataan yang ku temui. Aku terus berpikir apa maksud dan tujuannya selama ini, jika perasaannya bukan untukku lantas mengapa ia memberi kenyamanan itu? Jika saja ia memberitahuku mungkin aku tak akan semenyesakkan ini, mungkin aku akan memilih mundur perlahan. 

Kenangan tentang kedekatan kami, rasa nyaman yang pernah ada, juga rasa sakit yang muncul membuatku berpikir kekeliruan apa yang tengah kami hadapi siapa yang salah dalam kisah ini? Siapa yang menjadi korban dari kandasnya kisah yang tak memiliki nama ini? Aku kah yang terlalu berharap besar dan menyimpan perasaan ini padanya? Ataukah dia yang tak peka dalam mengartikan kedekatan kami, atau memang selama ini kami berdua hanya dua manusia yang sama-sama terlalu membiarkan waktu membawa kami kedalam hubungan itu. 

Tak bisa aku pungkiri aku ingin jawaban atas segala pertanyaan yang aku buat sendiri, juga atas segala terka yang tak disangka. Begitupun alasan kepergian dengan sangkaannya kala itu. 

"Aku menyukainya tapi dia tak menyukaiku."
Ucapan itu masih jelas ku ingat dilontarkan oleh wanita barunya. Wanita yang menjadi alasan ketidakjelasan hubungan kami, jika kami sedekat itu mengapa harus ada wanita lain. Wanita itu tiba-tiba saja mengatakannya padaku, seolah membuatku jauh lebih menderita dari sebelumnya. Entah apa maksud dari ucapannya namun itu sungguh membuatku seakan harus membenci mereka berdua. 

Laki-laki memang tak peka, haruskah ku utarakan itu agar orang-orang masih menganggap semua salahku? Dari banyaknya cerita yang kami tulis, senyuman, kenyamanan juga mungkin bahagia yang terukir selama kami bersama. Bagaimana mungkin ia tak menyadari rasa itu? Bukankah semua sudah jelas bahwa dia hanya membuat alasan klasik saja. Jika sebelumnya ia tak bersikap baik padaku, mungkin aku tak akan seperti itu. 

Hufftt, jika aku mengambil tiket itu dan kembali ke masalalu apa yang akan terjadi?? Mungkinkah aku akan kembali, beberapa hari sebelum dia memutuskan pergi. Apakah aku akan mendapat jawaban dari banyaknya pertanyaan di kepalaku? Atau kah semua pada akhirnya akan berakhir sama seperti sekarang. 

Jika aku memutuskan memilih kembali kemasa itu, mungkinkah pagi itu ia akan menjelaskan semua tak berpaling dan menjauh dariku? Atau justru akan tetap sama. Ia yang tak memberi jawaban apapun dan aku yang terus menerka dengan rasa sakit yang aku miliki. Ataukah pada kenyataanya akulah yang selama ini menyakitinya, yang berpura-pura merasa tersakiti tapi pada kenyataanya kami justru saling menyakiti dan menyalahi kandasnya kedekatan kami. 

Dari banyaknya terkaan akan masalalu aku mulai berpikir mungkinkah lebih baik jika aku kembali kemasa lalu untuk menghentikan kedatangannya, bukankah dengan begitu aku tak akan bertemu dengannya dan mengalami semua moment pahit ini. Mungkinkah hidupku akan jauh lebih baik tanpa mengenalnya? Aku mulai menerka-nerka kemungkinan terbesarku, tidak pernah jatuh cinta pada pria seperti dia. 

Namun terlalu banyak aku berpikir tentang resiko yang mungkin akan terjadi jika aku mengambil tiket itu, seketika muncul sebuah anggapan bahwa mungkinkah aku terlalu egois. Dengan mengambilnya sama saja dengan aku menghancurkan masa depan yang akan kami berdua miliki dengan kebahagiaan kami nantinya bersama seseorang yang lain. Tanpa aku duga, aku terlalu terbawa perasaan dan emosi hingga aku bersikap egois. Aku, maupun dia mungkin tak pernah tahu kehidupan seperti apa dimasa depan. Entah bahagia seperti apa dan cerita apa yang akan tertulis nantinya, dan bukankah dengan tiket itu aku menghentikan semuanya. Ya, aku benar-benar egois. 

Maka sampai di baris ini, aku akan menolaknya. Aku tak ingin menghancurkan apa yang tengah Tuhan susun untukku kedepannya, yang harus aku tanamkan adalah aku harus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dimasa depan, tanpa dia lagi.

0 komentar:

Post a Comment

Ayo Cari tahu !!

Popular Posts

Blogroll

 
Dunia Diana Chandri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template