Aku terhenti di tanda tanya. Ya aku terus bertanya-tanya. Bagaimana bisa? Atau mungkin memang bisa. Ini tentang kisahku yang menyukai seorang laki-laki yang sama kedua kalinya dengan akhir yang berbeda.
Aku masih ingat betul kali pertama aku menautkan perasaan padanya adalah ketika kami tidak banyak berkomunikasi. Dia bahkan sangat teramat dingin sikapnya kepadaku. Aku tak tahu kenapa dan mengapa. Namun aku terus menyukainya. Perasaan suka itu semakin lama semakin tertaut jauh di relung hati.
Aku sendiri tak tahu pasti bagaimana cara kerjanya, namun terkadang memang hati berjalan sesuai keinginannya sedangkan otak berusaha keras melawannya. Namun logika tak dapat menanggungnya. Hingga akhirnya lisanlah yang menentukannya.
Dia masih berdiri di tempat yang sama tak bergerak mundur maupun melangkah maju. Yang ia lakukan hanya menatapku dingin namun sekaligus menghangatkan. Ia seolah membuka lebar tangannya untuk bersamaku namun sekaligus mengingatkanku akan sebuah kenyataan yang ternyata tak sesuai dengan harapan.
Entah bagaimana akhirnya aku memutuskan untuk mundur perlahan menjauh darinya. Bukan karena rasa ini tak ada lagi atau karena rasa ini bukan untuknya. Melainkan ini tentang pantas dan tidaknya aku bersamanya. Kala itu bagiku ia terlalu high quality untuk aku yang low quality. Dia terlihat tidak sepadan dengan aku yang terlalu biasa saja. Seolah tak ada yang special dariku yang menarik ia untuk menerimaku. Hingga akhirnya aku putuskan untuk menyerah.
Namun waktu selalu menjadi senjata utama dalam setiap kisah, menyatukan dua hati yang terpisah, memberi jawaban atas pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Juga tentang hati yang kembali menemukan pemiliknya.
Beberapa waktu telah ku lalui mengasingkan diriku darinya, juga membiasakan diri jauh darinya. Namun waktu seolah menjadi candu akan pertemuan dua insan yang berjalan di jalan masing-masing untuk kembali bersatu dalam sebuah ketidakjelasan. Aku kembali tertaut olehnya, terombang-ambing dalam ketidakjelasan yang ia tawarkan kala itu. Namun entah bagaimana, aku kembali tertarik kedalamnya.
Kini ia berusaha menjadikanku tujuannya ia melangkah perlahan mendekatiku. Menyatukan tujuan bersamaku. Dan berdiri disampingku dengan tatapan yang mulai hangat. Ia mencoba menggenggam tanganku membuatku kini dipaksa menuruti takdir yang tak pernah dapat di tebak dan selalu saja aku tak dapat mengambil makna dari kegagalan sebelumnya.
Ia mulai memberi ruang yang sangat luas untuk ku dapat mengenalnya, entah apa yang terjadi seiring berjalannya waktu tak dapat ku pungkiri aku kembali tertaut olehnya. Aku mulai menjadikannya sebagai tujuanku seperti apa yang tengah ia jalani.
Aku perlahan mulai mendekat mengikuti langkahnya dan berusaha berjalanan beriringan sebagai tujuan, selain itu aku mencoba membuka diriku dan membiarkannya mengetahui dan mengenal diriku dari apa yang memang seharusnya ia ketahui seperti yang telah ia lakukan padaku.
Namun aku selalu saja tak dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi dimasa depan, aku tak dapat mengambil pelajaran dari apa yang pernah ku alami tentangnya..
Aku dan diapun mulai dilanda sebuah rasa ketidakjelasan tak ada yang berani melangkah lebih dekat dari sebelumnya seolah saling menunggu dengan alasan yang tak pasti, aku menunggu ia menarikku kedalam dasar sebuah kejelasan namun ia tak kunjung memberiku penjelasan, ia masih tetap disana seolah tengah menunggu sesuatu yang lain.
Setelah sekian lama saling menunggu dengan masih menjadikan dia tujuanku, ia mulai melangkah mundur perlahan dari batas kejelasan. entah atas alasan apa ia semakin lama semakin jauh dan akhirnya mulai menghilang tertutup kabut kepergian.
Semuanya kembali pupus, untuk kedua kalinya aku di paksa menyerah atas apa yang tengah menimpaku. Seolah Tuhan memang tak mengizinkanku untuk mendekat kearahnya, hingga akhirnya disinilah aku berada di pintu bernama pupus. Aku akan buang semua keyakinan yang sempat hadir selama ini, akan ku buang semua kenangan bersamanya. Tak akan ada lagi harapan untuk ke tiga kalinya.. semua telah usai.. aku akan berusaha melupakanya, menyembuhkanya dan menerima semuanya..
0 komentar:
Post a Comment