Wednesday, March 20, 2024

Dari aku untuk kamu

Ah, tiba-tiba saja alam mengingatkanku kepadamu.. 

Aku menulis ini ketika aku tiba-tiba merindukanmu, merindukan kebersamaan kita, percakapan sederhana kita, hingga hal kecil yang kita tertawakan bersama. Maka izinkan aku menulis ini sebagai caraku mengingatmu, sebagai seseorang yang baik dan pernah membuatku merasa lengkap walau sesaat. Ya, kamu adalah seseorang yang pernah ku kira masa depanku. Biarkan aku mengingatmu dengan huruf-huruf ini, huruf-huruf yang akan membuatmu hidup kekal dalam tulisanki.

Hai, terlalu banyak kata yang ingin aku sampaikan di sini hingga aku tak tahu harus seperti apa tulisan ini. Entah tulisan yang akan terlihat dipenuhi kesedihan, harapan atau bahkan rasa penyesalan, apa pun nanti yang akan ada dibenakmu setelah membaca tulisanku ini. Satu hal yang mungkin tak pernah aku utarakan kepadamu sebelumnya, bagaimana aku berterimakasih atas kehadiranmu dalam hidupku. Atas semua cerita sederhana yang membuatku sempat memercayai masa depan denganmu. Aku merajut banyak harapan yang ku gantungkan pada langit malam, pada setiap doa demi kebaikan kita berdua. Aku pun tak pernah menyesali semuanya bertemu denganmu, berteman baik dan akhirnya berada di fase saling mengiklaskan apa pun takdir yang Tuhan beri. 

Aku menulis ini tak pernah bermaksud merusak mimpi atau harapan yang mungkin kita sama-sama yakini di ruang lain. Bukan pula tengah berniat menyelesaikan cerita yang tak bernama itu sesuai harapanku. Hanya saja, aku pikir mungkin dengan inilah aku dapat mengutarakan apa yang tak pernah dapat kau terka sebelumnya. Tentang perasaanku, tentang bagaimana tak pandainya aku berekspresi juga tentang ketidakberdayaanku meluapkan apa yang sebenarnya aku rasakan. 

Ya, kenyakinan itu ada bahkan ketika akhirnya kita menjadi sangat dekat dari dua orang asing yang hanya saling mengenal lewat kata. Aku pun  menyadari ada sedikit ruang yang tanpa ku tahu sudah terisi olehmu, bukan karena aku tak peka namun diam adalah caraku mencoba menenangkan diriku dikalau saja itu hanya perasaan sendirian bagiku. 

Aku menyukai hal sederhana yang kita bicarakan pada beberapa saat, seperti halnya ketika kita memiliki pilihan yang sama. Terkadang berbincang denganmu saja sudah cukup menenangkan segala yang terjadi kepadaku, aku tak tahu apa ini yang pasti aku menyukai semuanya ketika bersamamu. Aku bahkan sempat mengira jika tulisanku akan sampai kepadamu, aku pun sempat mengira kamu akan mengubah seluruh ceritaku yang pilu penuh kesedihan terganti sebuah kebahagiaan. Aku meyakini itu untuk beberapa saat, namun sampai akhirnya aku menyadari ceritaku tentangmu tak pernah rampung bahkan harus benar-benar diisi dengan banyaknya kata penuh drama. Entah karena kamu yang lebih banyak menyukai kenyataan ketimbang tulisan penuh fiksi, drama belaka. 

Pada akhirnya kita menyadari tak pernah ada jalan untuk kita, kita hanya berada di tujuan yang sama namun dengan kapal yang berbeda. Kita hanya mengikuti skenario yang Tuhan beri tanpa mencoba berjuang menentukan sendiri ke mana akhirnya kita akan melabuhkan tujuan, pada dermaga yang sama atau justru sebaliknya. kenyataannya, kita kembali menjadi dua orang asing tanpa awal dan akhir tanpa tahu ke mana kita sebenarnya melangkah entah mendekat atau justru sebaliknya, menjauh. 

 Ya, selama ini kita memang hanya mengikuti arus dengan tujuan yang sama, nyatanya arus itu tak pernah benar-benar membawa kita pada tujuan yang sama. Entah aku yang kala itu mungkin tanpa disadari mengikuti arus tersapu gelombang hingga hanyut dan di sisi lain kamu justru mencoba megubah haluan, rute perjalananmu dengan tujuan yang entah masih sama atau berbeda. Barangkali juga kamu berniat menepikan kapalmu di dermaga yang lain. Entahlah, aku hanya tahu bahwa sejatinya Tuhan punya alasan untuk semuanya. Saat ini Ikhlas adalah senjataku untuk membuat aku tetap baik-baik saja, aku menyerahkan semuanya karena Tuhan pasti tahu yang terbaik untuk kita di masa depan. 

Membuatmu hidup dalam tulisanku bukan salahsatu alasan kuat untuk membuatmu kembali karena aku pun tak ingin kamu kembali. Aku tak memiliki alasan untuk membuatmu menetap bersamaku lagi,  karena aku meyakini kebahagiaan lain sedang menantimu di ujung lorong sana. Biarkan aku mengingatmu tanpa berharap kamu merasakan hal yang sama dan izinkanlah aku untuk terlelap dalam perasaan ini untuk sesaat saja. 

Untuk kamu yang aku pikir masa depanku, aku harap bahagia bisa menayungi kehidupanmu, bisa membuatmu hidup dan merasa sangat berarti. Semoga kelak arus itu bisa menbawamu menuju tujuan yang sebenar-benarnya, menuntun kapalmu ke sebuah dermaga yang akan membuatmu merasakan kebahagiaan juga rindu yang kan memiliki tujuannya. 

Di mana pun kamu kini, bagaimanapun kabarmu sekarang pada akhirnya aku hanya berharap akan ada seseorang yang melengkapi cerita kita masing-masing. Entah cerita tentang aku dan seseorang yang lain, kamu dengan yang lain atau justru melengkapi cerita kita yang dahulu dengan kita di dalamnya. 

Aku yakin takdir Tuhan tak pernah salah, mari sama-sama mendoakan yang terbaik untuk kita pada masa depan.

Dari aku sang penikmat sendu, untuk kamu sang penunggu rindu.

Ayo Cari tahu !!

Popular Posts

Blogroll

 
Dunia Diana Chandri Blogger Template by Ipietoon Blogger Template