Aku selalu disini berada disudut yang tak pernah kau lihat, aku selalu memperhatikanmu dari celah yang tak pernah kau sadari. Bagiku ini akan baik-baik saja awalnya, hingga akhirnya aku mulai merasa banyak hal yang terjadi padaku yang ku harap kamu menyadarinya. Tentangku maupun perasaanku. Namun sampai saat ini kamu selalu menutup mata dan menganggapku tak pernah ada, sekalipun aku di dekatmu.
Haruskah sesakit ini menyukai seseorang yang tidak memiliki perasaan yang sama? Seseorang yang tidak akan pernah mencintaiku? Apakah salah jika aku memiliki perasaan seperti ini? Setiap kali aku mengingat perasaan ini maka setiap itu pula aku berharap Tuhan tak menjatuhkan lagi perasaanku padamu dan segera menghilangkannya. Jika aku harus merasakan rasa sakit yang hebat yang harus ku tanggung selama ini.
Mencintaimu membuatku menjadi pembenci. Bahkan membencimu membuatku menjadi membenci banyak orang. Juga Bahkan karenamu aku menghindari banyak orang, aku tak ingin bertemu dengan seseorang yang sepertimu atau mungkin aku hanya tak ingin melihatmu dengan perasaanku yang masih sesakit ini.
Setelah apa yang aku lalui untuk melupakanmu, aku melakukan banyak hal bahkan aku memulai hidup baru dengan aku yang baru yang pastinya tanpa kamu dan apapun tentangmu. Aku mulai terbiasa menjadi aku yang baru, namun hari ini aku mulai sadar bahwa selama ini aku salah. Aku salah mengartikan perasaanku sendiri, rasa ini nyatanya masih berada disana. Disudut kecil yang tak dapat terjamah oleh waktu.
Selama ini aku berusaha membuat diriku kuat. bahkan tanpa kamu ketahui, aku hanya berharap rasa ini berbalik padamu. Aku ingin kamu merasakan sakit yang selama ini telah menyiksaku merusak semua mimpi bahkan membunuhku secara perlahan. Aku ingin kamu merasakan rasa sakit ini seperti halnya yang terjadi padaku.
Kamu tak pernah tahu setelah menyadari perasaanku yang belum sirna padamu aku mulai memberanikan diri menyapamu dan mulai berusaha menampakan diriku. Lebih tepatnya aku memaksakanmu agar menyadari kehadiranku kali ini. Namun pada akhirnya aku tetaplah aku, aku seolah akan tetap menjadi bayangan bagimu. Menjadi pengagum yang menyimpan rasa ini dan menyiksa diri dengan terus bertahan diatas rasa sakit yang menggerogoti seluruh tubuh.
Aku menatapmu dari bingkai putih yang bernama istagram. Aku yang sempat bertanya-tanya bagaimana kabarmu ketika aku masih hidup dalam bayangan semu akan perasaan yang masih belum sirna dan sakit yang masih menyeruak, kini mulai menemukan jawabannya. Ini sulit untukku.
Memandangimu kembali dengan beberapa senyum dari bibirmu yang menandakan bahwa kau memang baik-baik saja.
"Aku Harap Kamu Bahagia Dan Mendapatkan Seseorang Yang Dapat Melihat Senyummu Ketika Terbangun Dari tidur"
Terlihat tegar ketika aku mengutarakannya dengan beberapa kata kepadamu namun jauh dibalik itu aku masih bertanya-tanya tentang apa yang baru saja aku lakukan. Jauh sekali sebenarnya keserakahan dalam diriku berharap bahwa kamu tidak baik-baik saja. Aku masih berharap kamu merasakan setidaknya sakit yang aku rasa, rasa pahit yang membuatku membenci akan cinta itu sendiri.
Karena mu, aku membenci diriku sendiri. Kamu telah berhasil membuatku terus bertanya mengapa Tuhan mengirimkan rasa sakit itu darimu? Mengapa Tuhan menghadirkan rasa sakit dan cinta itu dalam waktu bersamaan.
Kamu telah benar-benar berhasil merebut semua dariku dan meninggalkan rasa sakit yang teramat dalam. Dan sekaligus membuatku masih berpikir bahwa kamulah obat dari segala rasa sakit yang kamu timbulkan.
Aku lelah dengan semua ini tak bisakah kau biarkan aku hidup seperti sebelum bertemu denganmu...